10 Dongeng Anak Panjang yang Menarik untuk Dibaca

Unsplash
Ilustrasi, dunia dongeng.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Agung
17/9/2023, 14.45 WIB

Dongeng merupakan cerita fiksi yang disampaikan secara mulut ke mulut. Umumnya dongeng ditujukan untuk anak-anak sebagai salah satu media pembelajaran. Selain itu, dongeng juga biasa dibawakan sebagai cerita pengantar tidur.

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh); perkataan (berita dan sebagainya) yang bukan-bukan atau tidak benar. Sementara pendongeng merupakan orang yang menceritakan atau suka mendongeng.

Sementara Nurgiyantoro pada buku Teori Pengkajian Fiksi (2005) mendefinisikan dongeng sebagai cerita yang tidak terjadi dan cenderung tidak masuk akal.

Dari kumpulan pengertian di atas, dongeng dapat diartikan sebagai cerita fiksi yang disebarkan secara lisan. Umumnya dongeng ini mengandung kisah tidak masuk akal dengan tujuan hiburan.

Pada tulisan ini, Katadata.co.id akan memberikan contoh dongeng anak panjang yang edukatif serta unik. Selengkapnya, simak tulisan di bawah ini.

DUNIA DONGENG (Unsplash)

Dongeng Anak Panjang

Berikut ini beberapa contoh dongeng anak panjang yang edukatif dan sarat pesan moral.

1. Kisah Pohon Apel

Alkisah, ada sebuah pohon apel yang sangat besar dan rimbun. Buahnya banyak, manis, dan berwarna merah. Seorang anak kecil pun senang bermain di sekitar pohon itu.

Namun, semakin besar, anak kecil itu sudah tidak lagi bermain di sekitar pohon. Si Pohon Apel pun bersedih.

Suatu hari, anak kecil yang sudah tumbuh remaja itu datang ke tempat Pohon Apel. “Hai, kemarilah dan bermain-main di sekelilingku,” kata si Pohon Apel.

“Aku tidak sempat bermain. Aku kelaparan dan tidak memiliki uang. Aku tidak tahu harus berbuat apa,” ucap Si Anak.

“Kalau begitu, ambil saja semua buahku untuk kamu jual di pasar,” tawar si Pohon Apel. Si Anak senang sekali, mengambil semua pohon apel, dan menjualnya hingga ia bisa mendapatkan uang.

Setelah sekian lama, Si Anak tidak datang lagi dan membuat si Pohon Apel kesepian. Namun, beberapa tahun setelah itu, Si Anak kembali, dan pohon apel senang sekali dan mengajaknya kembali bermain di sekitarnya.

“Aku tidak punya waktu bermain, rumahku habis kebakaran, dan aku serta anak istriku tidak memiliki rumah lagi sekarang,” ujar Si Anak sedih.

“Kalau begitu, potong saja dahanku untuk dijadikan rumahmu,” ucap Si Pohon Apel. Si Anak gembira luar biasa dan langsung memotong habis batang pohon dengan hanya menyisakan sedikit batang serta akarnya.

Bertahun-tahun lamanya Si Anak tak kembali lagi. Si Pohon Apel benar-benar merasa kesepian. Namun, saat Si Anak datang, wajahnya sudah tua dan tubuhnya sudah bungkuk.

“Apa lagi yang kau butuhkan? Aku sudah tidak memiliki apa-apa. Buahku sudah habis, batangku pun sudah kau tebang. Aku hanya memiliki akar saat ini,” ucap Si Pohon Apel.

“Aku hanya membutuhkan sebagai tempat beristirahat untuk tempat tinggal abadiku. Aku memilih tempat ini di dekatmu karena kamu adalah teman terbaikku,” ungkap Si Anak.

Di akhir kisah dongeng sebelum tidur ini, Si Anak yang sudah menjadi kakek-kakek meninggal dunia dan dikuburkan di dekat pohon apel itu.

2. Gadis Penjual Korek Api

Gadis kecil ini bernama Meri. Meri sangat sedih Ketika neneknya meninggal. Akhirnya ia hanya hidup dengan ayahnya. Tapi ayah Meri sangat malas tidak mau bekerja, sehingga membuat mereka tidak punya cukup uang untuk membeli bahan makanan. Akhirnya, saat musim dingin tiba Meri keluar rumah dan menjual korek api.

Meri tidak pantang menyerah, walaupun kedinginan dan bajunya tidak tebal. Sudah beberapa hari korek apinya belum ada yang terjual. Hari semakin malam dan ia duduk di depan toko sambil menahan dingin dan lapar.

Akhirnya, ia menyalakan korek api untuk menghangatkan tangan sampai korek api itu habis dan Meri pingsan karena kedinginan. Esoknya warga menemukan Meri pingsan dan menyesal tidak membeli korek api Meri.

3. Lalat yang Pelupa

Pada zaman dahulu, hidup seekor lalat kecil yang baik, penyayang, rajin dan suka membantu. Di suatu pagi yang cerah, si Lalat mendengar kabar bahwa akan ada sebuah festival besar di desa tempat ia tinggal.

Si Lalat sangat bersemangat dan dengan sukarela membantu segala keperluan festival. Namun, semua kesibukan tersebut anehnya membuat si Lalat melupakan namanya sendiri.

Karena bingung bukan kepalang, si Lalat pun memutuskan untuk bertanya pada ibu semut yang duduk di sebelahnya.
“Maaf sebelumnya, apa kau tau namaku?” tanya si Lalat. Tetapi, tentu saja ibu semut tidak tahu. Ibu semut menyuruh si Lalat agar mencoba bertanya pada belalang di sebelahnya.

Si Lalat langsung terbang menghampiri paman belalang. Ia menanyakan pertanyaan yang sama pada paman belalang. Tetapi hal itu juga tidak membuahkan hasil. Paman belalang hanya menggelengkan kepala sebagai pertanda bahwa ia tidak tahu. Paman belalang menyuruh si Lalat bertanya kepada bibi kupu-kupu, tapi bibi kupu-kupu pun tidak tahu.

Melihat si Lalat yang putus asa, bibi kupu-kupu menyarankan lalat untuk bertanya kepada seorang bayi manusia karena mungkin bayi itu tau nama si Lalat. Mendengar ide tersebut si Lalat langsung menghampiri si bayi manusia.

“Halo, bayi kecil yang manis. Meskipun kita tidak pernah bertemu sebelumnya, apakah mungkin kau tau namaku?”
Si Lalat merasa percuma bertanya pada bayi manusia karena tak mungkin ia tahu bahwa dirinya adalah lalat. Tetapi kemudian…

“La…la…la…”, ucap si bayi. Mendengarnya, si Lalat pun langsung membelalak bahagia.

“Ah, iya benar sekali. Aku kan Lalat. Terima kasih bayi kecil yang lucu, kau telah membantuku mengingat namaku sendiri.”

Si Lalat akhirnya kembali ke festival dengan perasaan gembira karena telah berhasil mengingat namanya sendiri.

Ilustrasi, dongeng (Freepik)

4. Pasir dan Batu

Andi dan Budi sedang berjalan di padang pasir sambil berdebat dengan satu sama lain. Tiba-tiba Andi menampar Budi karena kesal dengannya.

Bukannya marah, Budi justru menuliskan “HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPARKU” di tanah.

Mereka pun melanjutkan perjalanan dan menemukkan sebuah sumber air.

Karena tergesa-gesa, Budi tergelincir dan hampir tenggelam, tetapi berhasil diselamatkan oleh Andi.

Setelah diselamatkan, Budi menulis di batu “HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKANKU.”

Melihat kelakukan aneh Budi, Andi bertanya “Ketika aku menyakitimu kamu menulis di tanah, tapi ketika aku menyelamatkanmu kamu menulis di batu, kenapa?”

Budi pun menjawab “Jika orang menyakitimu, kamu harus menulis di pasir agar angin menghapusnya dan kamu memaafkannya. Namun, ketika orang melakukan hal baik pada kita, kita harus mengukirnya di batu agar angin tidak menghapusnya dan perlakuannya selalu kita ingat.”

5. Angsa dan Telur Emas

Pada suatu hari, hiduplah seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya. Esoknya, angsa tersebut mengeluarkan telur emas. Ia berpikir bahwa angsa tersebut adalah angsa ajaib. Petani pun segera membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk mengetahui apakah telur tersebut benar-benar emas.

"Ini emas murni," kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan uang yang banyak.

Sejak saat itu, angsa mengeluarkan telur emas setiap hari. Kini, petani telah memiliki selusin telur emas. Namun, petani itu masih belum puas. "Aku akan kaya raya. Tapi, aku ingin angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas setiap hari agar aku cepat kaya," kata petani.

"Aku tidak akan menunggu besok. Aku ingin cepat kaya. Aku akan menyembelih angsa itu dan mengambil seluruh emas dalam tubuhnya," pikir petani.

Petani itu pun akhirnya menyembelih angsa. Ia sangat kaget karena ia tidak menemukan satupun telur emas di dalam tubuh angsa.

Kini, petani hanya bisa menyesal karena sudah serakah. Andai saja ia tidak menyembelihnya, pasti ia masih bisa mendapatkan telur emas.

6. Beruang dan Lebah

Suatu hari, ada seekor beruang yang sedang menjelajahi hutan untuk mencari buah-buahan. Ia menemukan pohon tumbang dengan sarang tempat lebah menyimpan madu.

Beruang itu pun mulai mengendus dengan hati-hati untuk mengetahui apakah kawanan lebah sedang berada dalam sarang tersebut.

Tiba-tiba, sekumpulan lebah pulang dengan membawa banyak madu. Lebah-lebah itu menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.

Beruang tersebut pun marah, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut, dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Namun, hal ini membuat seluruh kawanan lebah keluar dan menyerang sang Beruang. Beruang yang malang itu pun lari terbirit-birit. Ia menyelamatkan dirinya dengan menyelam ke dalam air sungai.

Pesan moral yang dapat dipelajari dari kisah dongeng sebelum tidur tentang beruang dan lebah ini adalah seseorang harus lebih bijaksana untuk menahan diri. Si Kecil bisa belajar bahwa melampiaskan emosi yang tidak dikelola dengan baik justru bisa menambah masalah setelahnya.

7. Sangi sang Pemburu

Di zaman dahulu, terdapat seorang pemburu bernama Sangi yang tinggal di dekat sungai. Suatu hari, Sangi pergi berburu tapi kesal karena tidak menemukkan satu pun buruan. Sangi kemudian memilih beristirahat di sungai dan tidak sengaja melihat jejak babi hutan.

Dia mengikuti jejak tersebut dan melihat seekor babi hutan berada di mulut seekor naga. Sangi ketakutan dan bersembunyi di semak, tapi naga melihat Sangi dan naga berubah menjadi pria tampan.

Pemuda itu mendekati Sangi dan menyuruh Sangi memakan babi hutan tersebut. Meski kebingungan, Sangi kemudian mendekat babi hutan dan kaget ketika melihat dirinya mampu memakan babi hutan dengan mudah.

Sangi pun kemudian berlari ke saudara-saudaranya dan mengatakan bahwa dia melihat naga. Namun, setelah rahasianya dibeberkan oleh Sangi, Sangi kemudian dikutuk dan berubah menjadi naga. Pelajaran dari dongeng anak ini adalah jangan mengumbar rahasia seseorang yang sudah percaya pada kita ke orang lain.

8. Si Kancil dan Buaya

Suatu hari di sebuah hutan rimba, hiduplah seekor kancil yang cerdik. Si kancil sangat suka berjalan-jalan di hutan untuk mencari makanan. Tetapi, karena musim kemarau yang panjang, Si Kancil terpaksa pergi ke kawasan lain untuk mencari makanan. Ia harus melewati banyak rintangan untuk sampai di kawasan tersebut. Salah satu rintangannya adalah sebuah sungai.

Air di sungai itu memang tidak terlalu deras, tetapi ada kawanan buaya menakutkan yang tinggal di dalamnya. Kancil merasa takut, tapi ia tetap harus mencari makanan secepatnya. Ia berpikir sejenak dan langsung mendekat ke sungai penuh buaya itu.

“Halo raja buaya, apakah kau sudah makan?” tanya kancil dengan suara lantang.

“Siapa kau berani berteriak di siang bolong begini! Mengganggu tidur siangku saja!”

“Hei kancil licik, kau lebih baik diam! Kalau tidak, aku akan memakanmu sekarang juga!” sahut buaya lainnya.

“Hei hei jangan marah dulu, aku hanya ingin menyampaikan pesan dari raja hutan,” tegas si Kancil.

“Ada apa ini sebenarnya? Cepat katakan!” kata buaya.

“Simba menyuruhku menghitung kalian. Tampaknya, ia hendak memberikan hadiah untuk kalian, jadi cepat panggil semua temanmu,” kata si Kancil.

Semua buaya tentu sangat senang mendengar kabar gembira dari Si Kancil. Seluruh buaya dengan cepat berbaris berjajar di permukaan sungai tanpa sadar bahwa ternyata si Kancil berniat membohongi mereka.

Si kancil mulai melompati buaya satu persatu sambil pura-pura menghitung jumlah mereka. Setelah sampai di penghujung sungai, Si Kancil langsung pergi meninggalkan buaya-buaya yang kebingungan.

9. Peramal dan Raja

Pada zaman dahulu, seorang raja memiliki peramal istana yang bertugas melayani sang Raja. Suatu malam, sang Raja terbangun dari mimpi buruk. Ia pun memerintahkan pengawal untuk memanggil peramal kerajaan.

Si peramal pun datang dengan tergopoh-gopoh. “Hei, peramal. Aku bermimpi semua gigiku tanggal dan merasa sakit saat bangun. Pertanda apakah ini?” tanya sang Raja.

Peramal pun terkejut dan menjawab, “Mohon maaf baginda, sepengetahuan saya gigi yang tanggal merupakan tanda kesialan. Tanggalnya gigi merupakan tanda bahwa anggota keluarga akan meninggal. Jika baginda melihat gigi yang tanggal semua maka seluruh anggota kerajaan akan meninggal dan Anda akan mengalami kesialan.”

Mendengar jawaban ini, sang raja pun murka dan menghukum si peramal dengan hukuman cambuk. Merasa tak puas dengan jawaban peramal, sang Raja mengutus pengawal untuk memanggil peramal lain. Saat peramal kedua tiba, Raja pun menceritakan mimpinya tentang melihat seluruh giginya yang tanggal. Peramal pun tersenyum mendengar perkataan Raja.

“Menurut ilmu saya, mimpi tersebut berarti pertanda baik. Anda akan hidup lebih lama dari seluruh anggota keluarga kerajaan, baginda,” ujar si peramal. Raja pun merasa puas dengan perkataan si peramal dan menghadiahinya emas sebanyak 5 buah. “Kau memang peramal yang pintar dan dapat dipercaya,” puji sang raja.

Ilustrasi, dongeng (Freepik)

10. Persahabatan karena Allah

Pada suatu hari, ada sang pengembara berangkat untuk mengunjungi saudara di perkampungan yang sangat jauh. Pengembara tersebut harus melewati bukit dan gunung untuk sampai ke perkampungan tersebut.

Di perjalanan, ia bertemu dengan malaikat berwujud manusia yang mau menemaninya selama perjalanan. Sesampainya sang pengembara, di perkampungan malaikat yang berwujud manusia itu bertanya kepada si pengembara “Mengapa kau mau pergi sejauh itu menemui saudaramu, apakah ia berhutang padamu?”

Sang pengembara pun menjawab “Tidak, aku mengunjunginya bukan untuk menagih hutang, aku mengunjunginya karena aku menyayanginya”. Mendengar jawaban sang pengembara, malaikat pun menjawab “Aku adalah malaikat Allah yang diperintahkan untuk menemanimu dalam perjalanan, sungguh Allah mencintaimu, karena kamu menyayangi saudaramu”.

Kumpulan dongeng anak panjang di atas menyelipkan pelajaran hidup yang dapat disampaikan kepada Si Kecil. Membacakan dongeng setiap hari juga bisa menambah waktu luang atau sekedar meminimalisir anak memainkan gawai.