Defisit neraca perdagangan sektor migas tak kunjung teratasi. Karenanya, pemerintah terus melakukan impor guna memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah mencanangkan program transisi guna melepas ketergantungan kita pada energi tak terbarukan. Biodiesel, digadang-gadang menjadi energi pengganti di masa depan.
1 Januari 2020, pemanfaatan biodiesel dan hadirnya biosolar di seluruh SPBU Pertamina menandai implementasi B30, dari yang sebelumnya B20. Pada banyak kesempatan, Presiden Joko Widodo bahkan mengatakan bahwa kita akan segera melakukan percepatan, menuju implementasi B50, bahkan B100 di masa mendatang.
Optimisme pemerintah patut diapresiasi. Namun melihat komposisi kepemilikan lahan sawit di Indonesia, pada siapa kebutuhan biodiesel yang besar ini akan dititipkan di masa depan? Siapa produsen yang akan menjadi prioritas?
Video ini tidak menjawab langkap apa yang harusnya diambil pemerintah. Juga tidak akan menjawab berhasil atau tidaknya transisi energi yang sedang diupayakan pemerintah. Namun, video ini akan memaparkan potret dari lapangan, siapa yang seharusnya dirangkul dan dijadikan prioritas kala arah angin kebijakan telah fokus pada percepatan transisi. Video ini juga memaparkan data, sebesar apa proyeksi kebutuhan biodiesel kita di masa depan.