Dunia mengalami perubahan hebat sejak pandemi Covid-19 di awal 2020. Di saat yang sama, terjadi pengunduran diri karyawan dari tempat mereka bekerja dalam skala besar. Hal ini terus terjadi hingga 2022.
Fortune pada akhir bulan lalu menulis fenomena itu, yang disebut Great Resignation, belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Di Amerika Serikat, sebanyak 40% karyawan saat ini mempertimbangkan untuk berhenti dari pekerjaannya.
Selama periode ketidakpastian global akibat pandemi, sebagian besar pekerja berada dalam momen mengevaluasi kembali prioritas hidup mereka. Banyak orang yang rela berhenti bekerja demi menemukan kembali karier idealnya.
Sebuah survei Microsoft pada Maret lalu menemukan, 41% pekerja berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya. Sedangkan survei McKinsey pada Juli 2022 menyebut angkanya di 40%.
Banyak dari para pekerja itu tidak ingin kembali ke pekerjaan kantor tradisional. Semakin banyak yang mencari pekerjaan non-tradisional atau memulai bisnis baru. Para pekerja itu kemudian beralih ke industri yang berbeda. Mereka mencari bidang yang lebih menguntungkan secara finansial.
Firma riset Gartner dalam laporannya pada tahun lalu, menyebut pandemi membuat 65% karyawan memikirkan kembali tempatnya bekerja. Pola pikir yang berubah ini berkontribusi pada fenomena great resignation.
Kompensasi bukan satu-satunya motif karyawan. Survei global itu menunjukkan kurangnya fleksibilitas, gaji rendah, dan kelelahan sebagai penyebab utama keinginan karyawan berhenti bekerja.