Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyepakati mengganti nama baru untuk varian virus Cacar Monyet (Monkeypox) menjadi Clade. Nama ini diinisiasi bersama 29 pakar global yang telah berlangsung sejak Juni 2022 lalu untuk mencegah stigmatisasi.
WHO juga mengundang publik untuk mengusulkan nama baru sebagai alternatif sebutan bagi nama penyakit yang disebabkan oleh virus Cacar Monyet ini.
Upaya ini dilakukan sebagai untuk menyelaraskan nama penyakit, virus, dan variannya (clade) dengan praktik terbaik terkini. Yakni berdasarkan identifikasi penyakit terkait dan varian virus harus diberi nama dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau etnis, dan meminimalkan dampak negatif apa pun pada perdagangan, perjalanan, pariwisata atau kesejahteraan hewan.
Para pakar juga menegaskan penulisan varian harus menggunakan angka romawi dan subvarian diikuti huruf kecil. WHO menjabarkan bahwa penamaan Clade disesusaikan dengan daerah asal temuannya, yaitu menyebut penyakit asal Cekungan Congo (Afrika Tengah) sebagai Clade I dan penyakit yang berasal dari Afrika Barat sebagai Clade II. Sementara varian Clade II ini memiliki dua subvarian, yakni Clade IIa dan Clade II.
Nama penyakit Cacar Monyet pertama kali disebut saat para ahli menemukan virus itu pada 1958. Kala itu, WHO belum mengadopsi praktik terbaru penamaan penyakit.
Penamaan ini bermula saat virus diidentifikasi pada monyet yang diteliti di laboratorium di Kopenhagen, Swiss. Inang alami Cacar Monyet justru dicurigai berasal dari hewan pengerat.
Sementara, nama penyakit ini semakin erat dengan penghinaan rasis terhadap orang kulit berwarna seiring banyak media yang menggunakan foto-foto orang Afrika untuk menekankan mengenai penyakit ini.