Diperlukan Penguatan Ekosistem dan Ketersediaan Spektrum Teknologi 5G

Anshar Dwi Wibowo
Oleh Anshar Dwi Wibowo - Tim Publikasi Katadata
26 Oktober 2021, 10:35
Diperlukan Penguatan Ekosistem dan Ketersediaan Spektrum Teknologi 5G
Katadata

Sebagaimana dilaporkan oleh Omdia, saat ini Korea Selatan didapuk sebagai pemimpin kemajuan 5G dunia. Peringkat ini dinilai berdasarkan pada tiga metrik utama, yaitu spektrum, cakupan, dan ekosistem.

Hal ini juga tidak terlepas dari hasil tes Speedcheck di 19 negara pada periode Februari-Maret 2021 yang menobatkan kecepatan 5G Korea Selatan sebagai internet  terkencang di dunia. Rata-rata kecepatan unduhnya (download) mencapai 449,31 Mbps.

Laporan di atas menunjukkan bagaimana ekosistem 5G di Negeri Ginseng ini termasuk yang paling mapan. Pemerintah di sana memberikan dukungan penuh, baik dari sisi regulasi maupun talenta-talenta lokal untuk pengembangan inovasi.

Indonesia masih dalam perjalanan untuk mencapai itu. Riset Omdia menyebutkan, Indonesia masih tertinggal di peringkat ke-22. Sebetulnya, komersialisasi jaringan 5G di Indonesia yang banyak diproyeksikan hadir di akhir 2021 justru terealisasi lebih cepat.

Namun, komersialisasi teknologi seluler generasi kelima ini belum serentak secara nasional. Baik Telkomsel, Indosat Ooredoo (sekarang Indosat Ooredoo Hutchison), dan XL Axiata baru meluncurkan 5G secara bertahap di kota-kota besar. Smartfren juga masih dalam tahap uji coba.

Mereka tampak berhati-hati dalam mempersiapkan 5G ke depan. Apalagi jika berkaca pada pengalaman operator ketika mengomersialisasikan jaringan 3G dan 4G.

Masih banyak pekerjaan rumah untuk mengimplementasikan teknologi ini, terutama persoalan mengenai spektrum dan ekosistem layanan 5G di Indonesia. Menurut Ketua Forum 5G Indonesia Sigit Puspito Wigati Jarot, dikutip dari Kontan, layanan 5G yang sudah komersial sekarang sifatnya masih uji coba.

Ia mengatakan, untuk memberikan jaringan 5G yang optimal, setidaknya operator membutuhkan pita selebar 80MHz-100MHz secara berdampingan alias contiguous. Saat ini, operator seluler masih mengandalkan spektrum yang berbeda untuk mengimplementasi 5G, seperti di 2.300MHz dan 1.800MHz.

Menurut Konsultan PT LAPI ITB Ivan Samuels, dilansir Dailysocial, spektrum memang masih menjadi salah satu agenda utama yang kerap disoroti para pemangku kepentingan. Pasalnya, sejumlah spektrum emas ini masih jauh dari ketersediaan.

Apabila menggunakan skenario yang digagas ITB, implementasi 5G dapat maksimal apabila memakai spektrum kunci, seperti di 2.300MHz, 2.600MHz, dan 700MHz. Inipun dengan asumsi spektrum kunci ‘terbebas’ pada tahun 2021-2023.

Berdasarkan studi ITB bersama Qualcomm International dan Axiata Group di 2020, implementasi 5G dapat menambah Rp2.874 triliun bagi perekonomian negara secara kumulatif dari 2021 hingga 2030, atau setara 9,5 persen dari PDB. Kontribusinya diproyeksikan naik menjadi 9,8 persen dari PDB atau sebesar Rp3.549 triliun di 2035. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...