Beratnya Beban Domestik Perempuan di Masa Covid-19

Arofatin Maulina Ulfa
8 November 2021, 10:38

Pandemi COVID-19 sudah hampir dua tahun dan hingga kini masih memberikan dampak signifikan bagi kehidupan sosial ekonomi di berbagai belahan dunia. Perempuan menjadi salah satu kelompok masyarakat yang semakin rentan terhadap praktik diskriminasi gender. Bentuk diskriminasi yang diterima antara lain adalah peningkatan beban kerja domestik.

Laporan UN Women yang berjudul Whose Time To Care? Unpaid Care and Domestic Work During Covid-19menemukan meskipun laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan beban kerja yang tidak dibayarselama pandemi, namun perempuan menanggung lebih banyak beban dibanding laki-laki.

Data International Labor Organization (ILO) pada 2018 menyebutkan, sebelum pandemi perempuan menghabiskan jam kerja tiga kali lebih panjang untuk pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan perawatan yang tidak dibayar. Sayangnya, kontribusi perempuan terhadap pekerjaan domestik tersebut sangat diremehkan. 

ILO juga melaporkan perempuan menghabiskan sebanyak 16 miliar jam untuk melakukan pekerjaan perawatan yang tidak dibayar setiap hari. Jumlah ini bahkan setara dengan sepersepuluh dari nilai ekonomi dunia jika jenis pekerjaan domestik tersebut dibayar dengan tarif yang adil.

Realitas ini menyebabkan posisi perempuan semakin rentan baik secara fisik maupun mental. Dengan beban yang begitu tinggi terhadap pekerjaan domestik, perempuan akan tidak memiliki banyak waktu untuk berkompetisi di pasar tenaga kerja dan rentan menyebabkan permasalahan ekonomi baik di tingkat nasional maupun global.

Mengutip laman World Economic Forum (WEF), selama pandemi, lebih dari 28 juta perempuan di atas usia 25 diperkirakan telah meninggalkan pasar tenaga kerja di 55 negara berpenghasilan tinggi dan menengah. Angka ini lebih banyak dibandingkan dengan pekerja pria yang mencapai 24 juta.

Dengan demikian, semakin kecil peluang perempuan untuk bekerja, semakin serius ancaman terhadap ketahanan ekonomi. Dalam skala global, diperkirakan pandemi ini akan mendorong 47 juta perempuan dan anak perempuan kembali ke dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2021.

Reporter: Arofatin Maulina Ulfa

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami