Deposito Saja Tak Cukup Biayai Kebutuhan Keluarga

Image title
Oleh
28 Januari 2014, 00:00
2715.jpg
Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Donang Wahyu

KATADATA ? Simpanan dana tunai atau deposito dianggap tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga seperti pendidikan masa depan anak atau dana pensiun. Untuk itu setiap keluarga perlu untuk melakukan investasi sedini mungkin.

Manajer Portfolio Ekuitas Schroders Indonesia Irwanti menilai bertambahnya populasi kaum menengah dan tingkat urbanisasi semakin tinggi, kebutuhan menjadi lebih beragam jika dibandingkan satu dekade lalu. "Setiap anggota keluar memiliki kebutuhan berbeda, hal ini dapat diakomodasi dengan pengambilan keputusan yang bijaksana tentang investasi," tuturnya di Jakarta, Selasa (28/1).

Ia menjelaskan pengambil keputusan keluarga harus mengetahui prioritas tujuan finansial. Selain itu juga mengukur produk tepat yang memiliki kinerja yang konsisten seperti investasi saham. Namun untuk pemula, perlu pengenalan dan memahami investasi jenis ini. "Misalnya tidak diinvestasikan semua, tetapi dikumpulkan terlebih dahulu," ujarnya

Wanita yang akrab disapa Anti ini mengatakan, investasi harus dimulai sedini mungkin, khususnya untuk perencanaan pendidikan anak dan jaminan pensiun. Investasi lebih baik dilakukan dengan jumlah sedikit namun konsisten atau disiplin. Dana investasi itu bisa diambil dari pendapatan yang telah dikurangi pengeluaran kebutuhan pokok seperti cicilan rumah dan asuransi. "Saat kita sudah pensiun, sudah tidak ada pendapatan. Makanya harus dimulai dari dini untuk menabung dan investasi," jelas Anti.

Menurutnya investasi saham lebih baik jika dibandingkan perhiasan seperti emas, seperti kebiasaan ibu rumah tangga saat ini. Alasannya return saham akan lebih baik dibandingkan emas. "Karena meski berfluktuasi, namun grafik saham lebih konstan," tuturnya.

Untuk tahun ini, Irwanti memperkirakan prospek investasi pada 2014 masih akan menghadapi beberapa tantangan seperti penghentian stimulus moneter oleh Bank Sentral AS (tapering off), defisit transaksi berjalan yang belum selesai dan juga menghadapi tahun politik. Ia memperkirakan pergerakan saham tidak akan meningkat secara drastis, atau sekitar 11 persen karena pertumbuhan ekonomi diperkirakan mendekati 6 persen, dan perkiraan inflasi 5,5 persen. "Jadi secara return tak akan terlalu tinggi tahun ini," tuturnya.

Untuk sektornya, Schroders masih menjauhi sektor komoditas untuk berinvestasi. Karena China sebagai negara tujuan ekspor, pertumbuhannya hanya 7 persen. Kemudian, dengan adanya kebijakan pengetatan kredit oleh Bank Indonesia (BI), properti juga menjadi sektor yang kurang menjanjikan untuk saat ini. Sementara, sektor konsumsi menurutnya positif karena menjelang pemilu akan meningkatkan industri kecil seperti printing.

Reporter: Desy Setyowati
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...