Gagal Diakuisisi Google, Twitter Semakin Terpuruk
Harga saham Twitter Inc. anjlok 9 persen ke level US$ 22,58 pada penutupan perdagangan di bursa New York, Amerika Serikat, Rabu (5/10). Hal ini terjadi setelah beredar kabar bahwa Google, yang dimiliki Alphabet, tidak akan mengajukan penawaran untuk mengakuisisi perusahaan jejaring sosial tersebut.
Selain itu, dengan mengutip sumber yang belum diketahui, Recode menyatakan Apple kemungkinan tidak akan meminang Twitter, seperti dilaporkan Reuters, Rabu (5/10). (Baca: Tinggalkan Twitter, Instagram Tembus 500 Juta Pengguna)
Sementara kepada para kandidat pembeli, pemilik Twitter menyatakan akan menyampaikan kesimpulan negosiasi mengenai rencana penjualan perusahaan tersebut. Hal ini akan dilakukan bersamaan dengan rilis laporan kinerja kuartal III-2016 Twitter pada 27 Oktober mendatang.
Sejumlah sumber mengatakan kepada Reuters, Salesforce.com mengikuti proses tersebut. Sementara itu, Alphabet dan Walt Disney masih berpikir-pikir untuk mengakuisisi Twitter.
Di sisi lain, Twitter sedang berjuang mendatangkan keuntungan dan pertumbuhan, meski sudah mencatatkan rata-rata 313 juta pengguna aktif setiap bulannya dan mengalami pertumbuhan sebagai sumber berita. (Baca: Keuntungan Facebook Melejit Hingga Rp 74 Triliun)
Pada 2015, komite di Twitter mencari pengganti Dick Costolo untuk menempati kursi CEO. Para investor dengan kepemilikan mayoritas pun diundang untuk memberikan masukan. Muncullah nama Jack Dorsey sebagai kandidat. Dorsey dinilai telah membawa pengaruh berarti bagi Costolo, dan bisa memberi dampak langsung bagi perusahaan melalui jabatannya di kursi eksekutif perusahaan.
Namun, perjuangan Dorsey tidaklah mudah. Meski Twitter berhasil unggul dalam hal layanan streaming, Dorsey harus memastikan kelangsungan masa depan jejaring sosial ini. Masalahnya pertumbuhan rata-rata pengguna bulanan yang tercatat hanya 66 juta dalam enam kuartal terakhir, dinilai belum cukup mendukung kinerja Twitter.
Pendapatan yang sempat naik lebih dari dua kali di tahun 2014, diperkirakan hanya naik 15 persen tahun ini, dan diprediksi melambat tahun depan. “Budget Twitter perlahan-lahan turun dan semakin turun,” kata direktur eksekutif bidang sosial media di Society, James Douglas agency, yang juga menangani Coca-Cola dan Red Bull, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (5/10). (Baca: Pemerintah Akan Investigasi Pajak Google)
Sementara itu, Brad Slingerlend, pengelola pendanaan teknologi global di Janus Capital Group menyebutkan bisnis jejaring sosial bergantung pada dampak jaringan untuk bisa mendatangkan pertumbuhan. Jika momentum jaringan mengalami suatu masa surut, maka pemulihannya akan sulit.
Slingerlend menilai skenario terbaik untuk Twitter adalah akuisisi oleh Disney, mengingat Twitter telah menjadi sebuah perusahaan media, sehingga kolaborasi keduanya dinilai sesuai. Selain itu, CEO Disney, Bob Iger, dipandang berpengalaman untuk menghidupkan kembali sebuah merek.
Slingerland mengatakan Jack sebenarnya adalah pengusaha yang baik. “Tapi Twitter membutuhkan CEO untuk melakukan perubahan haluan. Ini pekerjaan yang sangat berbeda,” ujarnya.