Harga Minyak Indonesia Naik 8% Seiring Meningkatnya Permintaan Global
Harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) periode September 2017 naik sebesar 8% dibandingkan bulan lalu. Kenaikkan ini mempertahankan tren yang sudah terjadi sejak Juni lalu.
Tim harga minyak Indonesia menyatakan ICP September 2017 sebesar US$ 52,47 per barel. Padahal pada periode Agustus 2017 hanya US$ 48,43 per barel.
Peningkatan ini juga dialami ICP Sumatra Light Crude (SLC). Pada September 2017, ICP SLC mencapai US$ 53,17 per barel, naik dari bulan sebelumnya yang hanya US$ 49,17 per barel.
Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, peningkatan harga minyak Indonesia ini sejalan dengan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar Internasional. Dated Brent naik sebesar US$ 4,41 per barel dari US$ 51,64 per barel menjadi US$ 56,05 per barel.
Selain itu Brent (ICE) naik menjadi US$ 55,51 per barel dari US$ 51,87 per barel. West Texas Intermediate (Nymex) juga naik sebesar US$ 1,82 per barel menjadi US$ 49,88 per barel. Sedangkan Basket OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) menjadi US$ 53,35 per barel atau naik sebesar US$ 3,75 per barel dari periode sebelumnya.
Peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional ini diakibatkan beberapa faktor. Pertama adalah pertumbuhan permintaan. Berdasarkan publikasi OPEC bulan September 2017, pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2017 meningkat sebesar 1,42 juta barel per hari atau lebih tinggi 50 ribu barel per hari dari publikasi sebelumnya.
Tidak hanya tahun ini, pada 2018 juga akan ada peningkatan permintaan minyak. Untuk 2018, permintaan minyak dunia diperkirakan tumbuh sebesar 1,35 juta barel per hari, meningkat 70 ribu barel per hari dari laporan bulan sebelumnya.
Faktor kedua meningkatnya harga minyak utama adalah turunnya tingkat stok bahan bakar diesel (distillate fuel oil). Berdasarkan laporan EIA (Energy Information Administration), stok distillate fuel oil Amerika Serikat pada akhir bulan September 2017 lebih rendah 11,2 juta barel dibandingkan akhir bulan Agustus 2017.
Penurunan stok juga terjadi pada bensin (gasoline) Amerika. Stok gasoline akhir bulan September 2017 lebih rendah 12,6 juta barel dibandingkan akhir bulan Agustus 2017.
Faktor ketiga adalah pasokan minyak dunia yang menurun. Berdasarkan publikasi OPEC bulan September 2017, pasokan minyak dunia turun sebesar 0,41 juta barel per hari pada bulan Agustus menjadi rata-rata 96,75 juta barel per hari. Adapun pasokan minyak non-OPEC pada Agustus turun sebesar 0,32 juta barel per hari menjadi rata-rata 57,68 juta barel per hari.
Selain itu kondisi pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhi kenaikkan harga minyak. Berdasarkan publikasi OPEC bulan September 2017, kondisi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2017 telah direvisi naik dari 3,4% menjadi 3,5%.
Penyebab lainnya kenaikkan harga minyak adalah berkurangnya jumlah rig. Berdasarkan data Baker Hughes Incorporated dan publikasi OPEC bulan September 2017, untuk minggu ini sampai 8 September 2017, jumlah rig minyak turun 3 unit menjadi 756 rig.
Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi peningkatan permintaan minyak mentah di China, India dan Korea Selatan. Selain itu ada peningkatan kapasitas operasi kilang-kilang di China dan beroperasinya kilang baru Petrochina dan CNOOC.