Cuaca Ekstrem Kerek Harga Pangan, Inflasi November Capai 0,20%
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan November 2017 sebesar 0,20%. Terjadi kenaikan harga pada semua komponen pengeluaran masyarakat, terutama pada bahan pokok yang akibat cuaca ekstrem yang menyebabkan bencana banjir di berbagai daerah.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, cabai merah, beras, dan bawang merah, masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06%, 0,03%, dan 0,02%. Ketiganya merupakan kontributor inflasi terbesar dalam kelompok bahan makanan.
Bahan makanan secara keseluruhan menjadi penyumbang porsi inflasi hingga 0,37% pada bulan lalu. "Kenaikan harga karena pengaruh musim, hujan besar yang terjadi pada November," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Senin (4/12).
Menurutnya, angka inflasi 0,20% paling rendah dalam waktu 3 tahun belakangan pada November. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2017 sebesar 2,87% dan tingkat inflasi tahunan sebesar 3,30%.
Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi pada Desember 2017, Suhariyanto meyakinkan bahwa pemerintah sudah menyiapkan langkah antisipasi. "Saya yakin bisa terkendali karena pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah koordinasi dalam kenaikan harga pada bulan terakhir," ujar pria yang biasa disapa Kecuk ini.
(Baca juga: Kemendag Waspadai Dampak Bencana Terhadap Inflasi
Selain bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi 0,22%. Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,13%, serta kelompok sandang sebesar 0,12%, dan kelompok kesehatan sebesar 0,27%.
Selain itu, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,10%, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,09%. "Jasa transportasi naik karena kenaikan bahan bakar minyak jenis Pertamax," kata Kecuk.
BPS menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 82 kota, di antaranya sebanyak 68 kota mengalami inflasi dan 14 kota mengalami deflasi. Lalu, inflasi tertinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,80% dan terendah terjadi di Bekasi dan Palopo, masing-masing sebesar 0,02%.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 2,74% dan terendah terjadi di Manokwari sebesar 0,02%. "Deflasi di Tual terjadi karena penurunan harga berbagai jenis komoditas ikan yang merupakan bahan makanan utama masyarakat," ujar Suhariyanto.