Kisruh Tudingan La Nyalla soal Mahar Politik di Gerindra

Dimas Jarot Bayu
12 Januari 2018, 15:11
Prabowo Subianto
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo saat kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta, MInggu (5/2/2017)

Partai Gerindra menjadi pusat perhatian terkait tudingan mahar politik dalam proses pencalonan kepala daerah 2018. Tudingan disampaikan mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur La Nyalla Mattaliti, berdasarkan pengalamannya menjalani proses sebagai calon pilgub Jawa Timur.

Dalam konferensi pers, Kamis (11/1) La Nyalla mengungkapkan kronologi dirinya dimintai sebesar Rp 40 miliar. Uang tersebut diminta Prabowo dengan dalih uang saksi untuk 68 ribu TPS pada 9 Desember 2017 saat mereka bertemu di Hambalang, Jawa Barat.

Sebelum tanggal 9 Desember, La Nyalla juga menyatakan sempat dimintai secara langsung oleh Prabowo untuk menyiapkan Rp 200 miliar. La Nyalla awalnya hanya menganggap ucapan Prabowo itu bercanda. "Saya pikir main-main, ternyata ditagih betul Rp 40 miliar," kata La Nyalla.

(Baca: PDIP dan Gerindra Bakal Kerja Sama Usung Gus Ipul-Puti di Pilgub Jatim)

La Nyalla menyatakan tak bermasalah bila harus mengeluarkan uang. Namun, ia menolak mengeluarkannya sebelum ada rekomendasi resmi dari Gerindra untuk maju di Pilkada Jatim. La Nyalla yang belakangan tak mendapatkan rekomendasi dari Gerindra di Pilgub Jatim menyatakan mundur dari partai tersebut.

Keterangan La Nyalla ini mendapat bantahan dari Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria. Riza mengatakan, partainya juga Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto tak pernah mengambil keuntungan dari pasangan calon untuk kepentingan tertentu.

Riza mengklaim jika yang terjadi justru sebaliknya. Partai Gerindra yang malah mengeluarkan dana untuk bisa mendorong pasangan calon tertentu memenangkan Pilkada. "Bahkan duit pribadi Pak Prabowo malah keluar," kata Riza saat dihubungi Katadata, Jumat (12/1).

Riza mengakui jika Pilkada membutuhkan biaya, baik untuk kampanye, atribut, kegiatan, hingga saksi. Namun, uang tersebut juga didapatkan melalui dukungan partai politik, kader, simpatisan, dan relawan.

"Jadi enggak benar kalau pasangan calon umumnya pakai uang sendiri. Enggak bisa juga. Pasti pakai dukungan partai politik, relawan, kader," kata Riza.

(Baca: Survei LSI: Semakin Religius Seseorang Tak Menjamin Bebas Korupsi)

Riza menyatakan bahkan Gerindra yang membiayai kampanye saat mengusung Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu. Ketika itu, Riza mengatakan jika Gerindra berani mengusung Jokowi-Ahok ketika partai lain mendukung Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.

"Saat itu Pak Jokowi enggak ada uang. Disampaikan 'ya sudah nanti kita sama-sama mencari pembiayaan', termasuk Pak Prabowo dan Pak Hashim siap membiayai. Kami, Gerindra juga keluar uang sampai Rp 62,5 miliar untuk mendukung Pak Jokowi-Ahok," kata Riza.

Meski membantah, Riza menyatakan tak mempermasalahkan ucapan La Nyalla. Riza mengatakan, dia memahami pernyataan La Nyalla terkait mahar politik tersebut. Menurut Riza, La Nyalla merupakan kader Gerindra yang telah bergabung dan mendukung Prabowo di Pilpres 2014. La Nyalla juga dianggap telah membesarkan Gerindra di Jawa Timur.

"Beliau juga melakukan sosialisasi kampanye beberapa bulan terakhir, Pilkada kan perlu proses, perlu waktu, perlu energi yang keluar. Kami memahami itu, mengerti posisi," kata Riza.

Halaman:
Editor: Yuliawati
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...