Dorong Ekspor Industri Agro, IKM Diajak Kerja Sama dengan Jepang
Ekspor industri argo ke Jepang selama 2017 masih terhitung rendah. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai ekspor industri olahan agro ke Jepang selama 2017 hanya sebesar US$ 779 juta. Padahal, nilai total ekspor industri agro secara keseluruhan dari Indonesia selama 2017 sebesar US$ 50 miliar.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto menilai sebenarnya ekspor produk industri agro dari Indonesia ke Jepang bisa ditingkatkan. Apalagi, banyak komoditas bahan baku industri argo dari Indonesia yang tidak diproduksi di Jepang.
"Di sana produk tertentu tidak bisa. Itu menjadi peluang," kata Panggah di kantornya, Jakarta, Kamis (22/2).
(Baca juga: Pemerintah Tingkatkan Kerja Sama Industri dengan Jepang)
Karenanya, Panggah menilai kerja sama antara industri agro di Indonesia dan Jepang perlu didorong. Salah satunya yakni antara industri kecil dan menengah (IKM) agro dengan perusahaan asal Prefektur Fukuoka, Jepang.
Menurut Panggah, kerja sama itu penting karena keduanya dapat saling melengkapi. Di satu sisi, industri agro di Indonesia membutuhkan teknologi yang dimiliki para perusahaan Jepang untuk bisa berkembang.
Panggah mencontohkan, perusahaan teh milik Universitas Gadjah Mada PT Pagilaran selama ini harus melakukan proses pengolahan teh dengan tenaga kerja sebanyak 100 orang dan waktu 18 jam. Namun dengan teknologi dari Jepang, PT Pagilaran memungkinkan untuk bisa memproses pengolahan teh hanya dengan empat orang tenaga kerja selama empat jam.
"Kalau saya melihat dari sisi teknologi, supaya industri itu bisa ditingkatkan dengan teknologi mereka, atau kami juga dapat mengembangkan teknologi itu sendiri," kata Panggah.
(Baca juga: Kejar Target Industri 5,67%, Lima Subsektor Manufaktur Jadi Andalan)
Di sisi lain, Indonesia dapat memasok bahan baku yang dibutuhkan industri agro di Jepang. Beberapa komoditas yang bisa diekspor oleh Indonesia, seperti kopi, kakao, jagung, dan ketela. Sementara, Jepang memiliki komoditas bahan baku yang cukup besar dan beragam."Jadi bisa saling melengkapi," kata Panggah.
Guna mendorong penjajakan tersebut, Kemenperin dengan pemerintah Prefektur Fukuoka membentuk acara Business Matching. Acara ini dihadiri oleh enam perusahaan asal Prefektur Fukuoka, seperti Arm Sangyo, NS Trading, Matsushima, Tsuchiya, Hakubone, G-Matech. Adapula pemerintah Prefektur Fukuoka dan Kitakyushu Foreign Trade Association.
Sementara, terdapat 14 unit bisnis dan pemerintah dalam negeri yang turut berpartisipasi dalam acara ini. Mereka antara lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Tengah, Universitas Halu Oleo, PT Pagilaran, PT Tama Cokelat Indonesia, PT Cassava Industri Estat 79, PT Agro Mitra Mandiri, PT Rajafarm Nusa Bakti Internasional, dan Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI).