Rupiah Stabil Jelang Rilis Bunga AS Berkat Intervensi dan Dana Asing
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, bakal mengumumkan kebijakan bunga dana atau Fed Fund Rate pada Rabu (21/3) waktu setempat. Jelang pengumuman tersebut, nilai tukar rupiah bergerak stabil di bawah Rp 13.800 per dolar AS. Ekonom menyebut stabilitas nilai tukar berkat kembali masuknya dana asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan intervensi Bank Indonesia (BI).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan investor asing sudah mengantisipasi kenaikan Fed Fund Rate, maka itu mereka telah kembali masuk ke pasar SUN. "Investor sudah price in dan antisipatif dengan kenaikan Fed Fund Rate. Ini terlihat dari masuknya dana asing ke SBN setelah sebelumnya mencatat net sell,” kata dia kepada Katadata.coid, Rabu (21/3).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan per 20 Maret 2018, total kepemilikan asing di SBN sebesar Rp 841,50 triliun atau 39,2% dari. Kepemilikan asing kembali naik setelah sempat merosot menjadi Rp 826,30 triliun pada 12 Maret 2018.
Di luar itu, Bhima mengatakan, BI juga berperan dalam stabilisasi nilai tukar rupiah. “BI juga hadir di pasar gunakan cadangan devisa untuk menjaga rupiah di bawah 13.800," ucapnya. (Baca juga: BI Jaga Rupiah, Cadangan Devisa Februari Anjlok Hampir US$ 4 Miliar)
Sebelumnya, cadangan devisa tercatat mengalami penurunan terutama untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. BI mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2018 sebesar US$ 128,06 miliar atau turun US$ 3,92 miliar dalam sebulan.
Namun, Bhima menekankan gejolak nilai tukar masih berisiko terjadi sepanjang tahun ini, terutama jelang pengumuman bulanan Fed Fund Rate. Guna meredam risiko tersebut, ia menilai BI perlu bekerja sama dengan pemerintah guna meningkatkan cadangan devisa, di antaranya melalui penerbitan SBN global. (Baca juga: Dua Rasio Utang Luar Negeri Indonesia Perlu Perbaikan)
Selain itu, ia mengusulkan pengurangan pajak bunga deposito kepada eksportir yang menyimpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan Indonesia atau mengkonversinya ke dalam rupiah. Kebijakan ini diharapkan dapat membuat DHE menetap lebih lama di Indonesia dan membantu pasokan devisa atau valuta asing (valas) dalam negeri.
Pemerintah juga diharapkan mengefektifkan insentif bagi anak perusahaan yang tidak menyetor seluruh dividen ke induknya di luar negeri. Dengan begitu, permintaan valas bisa diredam. Terakhir, pemerintah perlu memperkuat fundamental ekonomi untuk menarik investasi asing.
"Enam belas paket untuk stimulus sektor riil harus di optimalkan karena butuh pertumbuhan ekonomi 5,3% dan investasi di atas 7% agar investor yakin fundamental dalam negeri kuat dibanding negara peers (negara yang setara)," kata dia.
Senada dengan Bhima, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk. David Sumual mengatakan terjaganya nilai tukar rupiah di bawah Rp 13.800 per dolar AS disebabkan arus masuk dana asing ke SBN, masuknya devisa hasil ekspor dan intervensi BI.
"Terakhir-akhir ini mulai balance. Antara eksportir mulai masuk dan SUN pelan-pelan mulai masuk, terutama bank asing nonresident, fund manager, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan pemerintah bank sentral asing. Selain itu, BI lakukan intervensi," kata dia.
Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 13.761 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot, Rabu (21/3), hanya melemah tipis sebesar 0,09% dari penutupan hari sebelumnya. Pergerakan nilai tukar rupiah terpantau stabil sepanjang Rabu ini yaitu pada kisaran Rp 13.752-13.764.