Bank Dunia Nilai Target Pertumbuhan Ekonomi yang Masuk Akal 5,3%
Bank Dunia masih memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,3% tahun ini, lebih tinggi dari realisasi tahun lalu 5,07%. Prediksi tersebut dianggap masuk akal lantaran di tengah risiko perlambatan perdagangan global dan lemahnya konsumsi masyarakat.
"Kami menilai 5,3% itu target yang sangat bisa dicapai dan kami menilai itu target yang bagus. Tidak masuk akal untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih kencang kecuali pertumbuhan tersebut berasal dari reformasi struktural,” kata Country Director Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Rodrigo A. Chaves di Jakarta, Selasa (27/3).
(Baca juga: BI: Perang Dagang AS-Tiongkok Bisa Koreksi Pertumbuhan Ekonomi)
Adapun prediksi itu lebih rendah dari target pemerintah yaitu 5,4% tahun ini. Meski begitu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sempat menyampaikan pesimismenya pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun ini bakal lebih tinggi dari periode sama tahun lalu lantaran melihat pertumbuhan kredit perbankan yang rendah dan kinerja sektor pertanian yang belum optimal.
Berdasarkan laporan triwulanan Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat membaik ke level 5,2% di kuartal terakhir 2017. Pertumbuhan yang lebih cepat tersebut disebabkan oleh investasi dan ekspor yang lebih kuat, terdongkrak oleh membaiknya perdagangan global dan berlanjutnya pemulihan harga komoditas.
Untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, Bank Dunia menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk mendukung pertumbuhan inklusif. Caranya, dengan fokus meningkatkan pendapatan negara dan membelanjakannya dengan lebih baik.
Adapun selama 15 tahun terakhir, kebijakan anggaran dianggap telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menjaga stabilitas makro ekonomi. Namun, kebijakan anggaran bisa memainkan peran lebih besar untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.
Bank Dunia menilai, Indonesia bisa mengurangi ketimpangan dengan meningkatkan pengeluaran untuk membantu 60% keluarga berpendapatan terbawah. Pengeluaran yang dimaksud misalnya untuk layanan kesehatan dan pendidikan, juga mengatasi ketimpangan kesempatan dan membangun fondasi untuk pertumbuhan yang kuat di masa depan.
Lebih jauh, Ekonom Bank Dunia Frederico Gil Sander mengatakan, Indonesia perlu mendorong agar pengeluaran untuk sektor pendidikan lebih efektif. Selain itu, mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk sektor prioritas seperti infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial.
Maka itu, ia pun menekankan pentingnya peningkatan pendapatan negara. "Mengumpulkan lebih banyak pendapatan dengan cara yang efisien dan mendukung pertumbuhan agar belanja juga meningkat," katanya.