Biaya Proyek IDD Gendalo-Gehem Berkurang
Biaya proyek minyak dan gas bumi (migas) ultra laut dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) Gendalo-Gehem berpeluang turun. Proyek yang dioperatori Chevron Indonesia ini masih melakukan studi kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain (pre-Front End Engineering and Design/FEED).
Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor mengatakan perusahaan berusaha agar studi yang dilakukan sejak Desember 2017 itu bisa segera selesai. “Kami berupaya untuk menyelesaian studi-studi ini sesegera mungkin dan akan terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan Proyek Nasional Strategis ini ke tahap selanjutnya” kata dia berdasarkan keterangan resminya, Kamis (12/4).
Senior Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Indonesia Yanto Sianipar mengatakan biaya proyek tersebut berpeluang turun. “Kami melihat opportunity yang baik untuk optimisasi biaya. Pengurangan biaya proyek,” ujar dia di Jakarta (12/4).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan biaya proyek IDD berkurang. Di antaranya adalah pemilihan teknologi, skenario pengembangan dan desain.
Proyek IDD untuk Lapangan Gendalo-Gehem sebenarnya sudah mengantongi persetujuan PoD dari BP Migas pada 2008. Namun, setelah tahap Front End Engineering Design (FEED) tahun 2013, biaya yang dibutuhkan proyek ini meningkat hampir dua kali lipat, dari sekitar US$ 6,9 menjadi US$ 12 miliar. Penyebabnya adalah kenaikan harga minyak.
Adapun studi kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain proyek IDD akan dikerjakan PT Worley Parsons Indonesia untuk lingkup bawah laut (subsea). Sedangkan PT Tripatra Engineering untuk lingkup fasilitas produksi.
(Baca: Chevron Memulai Kajian Proyek IDD Gendalo-Gehem)
Pekerjaan dalam kontrak-kontrak tersebut diharapkan selesai pada 2018. Adapun, proyek IDD tahap kedua ini diperkirakan memiliki potensi total produksi gas alam sekitar 3 triliun kaki kubik.