Pengusaha Tak Khawatir dengan Ekspansi Grup Salim ke Bisnis Unggas
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk mengaku tak khawatir dengan masuknya perusahaan konglomerasi besar di industri perunggasan. Pasalnya, tidak mudah bagi perusahaan baru untuk mengambil pangsa pasar di sektor ini karena persaingan industrinya sudah cukup ketat dan perusahaan baru mesti mampu mengikuti arah kebijakan pemerintah.
Wakil Presiden Direktur Japfa Bambang Budi Hendarto menyatakan pembatasan impor bibit induk ayam (Grand Parent Stock/GPS) akan membuat industri baru sulit berkembang. “Mau dari mana anak ayamnya? Kalau tidak ada, mau dikasih ke siapa makanannya?” kata Bambang di Hotel Harris Jakarta, pekan lalu.
Dia mencontohkan perusahaan raksasa New Hope asal Tiongkok serta beberapa perusahaan baru yang mulai ekspansi di Indonesia. Ia menduga perusahaan kesulitan berkembang dan mengambil ceruk pasar di Indonesia karena keterbatasan pasokan anak ayam usia sehari (Day-Old Chicken/DOC). Sehingga, bisnis pakan ternak maupun penggemukkan ayam menjadi sulit meningkat.
Namun di sisi lain ia juga mengerti dilema pemerintah, jika kuota impor indukan ayam dibuka lebar, maka akibatnya pasar bakal kebanjiran pasokan seperti 2014 lalu. “Harga akan hancur dan peternak banyak yang rugi dan bangkrut,” ujarnya.
(Baca : Modernisasi Kandang, Japfa Kerek Belanja Modal Jadi Rp 2,5 Triliun)
Di lain pihak, Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman menuturkan masuknya sejumlah pelaku usaha dari grup besar di industri pakan bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. Hal itu dinilainya bagus untuk memanfaatkan potensi pasar Indonesia yang besar dan mengimbangi persaingan.