Ekonom Bicara Kejatuhan Rupiah dan Kebijakan Bunga BI

Rizky Alika
21 April 2018, 13:49
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

Nilai kurs rupiah pada akhir pekan ini cukup membetot perhatian pelaku pasar. Dalam waktu cepat sejak perdagangan pagi Jumat kemarin, rupiah melemah melewati 13.800 per dolar Amerika Serikat. Bahkan mata uang Indonesia sempat makin jatuh dan hampir melewati batas psikologi baru di level 13.900.

Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada level 13.883 per dolar Amerika pada perdagangan di pasar spot, Jumat (20/4/2018). Artinya, rupiah melemah 0,71 persen dari penutupan hari sebelumnya. Kemarin, pergerakan nilai tukar rupiah terpantau pada kisaran Rp 13.768 - 13.887.

Sejumlah ekonom melihat faktor eksternal menjadi pemicu utama. Pelaku pasar merasa khawatir akan kebijakan baru bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, yang lebih agresif dari rencana semula. Hal ini didorong oleh laporan keuangan perusahaan-perusahaan di Wall Street yang positif. (Baca: Rupiah Tembus 13.800, BI Yakin Mampu Bertahan).

Membaiknya kinerja para emiten, demikian dalam laporan Reuters kemarin, membuka kemungkinan meningkatnya inflasi di negeri Paman Sam. Alhasil, pelaku pasar menduga The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan lebih dari tiga kali pada tahun ini untuk meredamnya. Imbasnya, investor menarik dananya dari negera-negara emerging market, kekhawatiran yang turut memukul rupiah.

Namun ada pula yang melihat hal ini tak terlepas dari situasi di dalam negeri terutama kebijakan moneter yang dibuat Bank Indonesia. Pada Kamis, sehari sebelum rupiah terperosok cukup dalam, bank sentral baru memutuskan untuk menahan suku bunga acuan, BI 7 Days Repo Rate, dan tidak menaikkan dari level 4,25 persen. Pertimbangan utamanya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Keputusan tersebut makin membuat selesih BI Rate dan Fed Rate menyempit.

Bagi ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, alasan tersebut sebenarnya sudah tepat. Selain menjaga momen pertumbuhan secara umum, kebijakan tersebut sesuai untuk mendorong bisnis perbankan. “Supaya lebih bergerak karena suku bunga masih pada level rendah,” kata Gunarto kepada Katadata.co.id.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...