Lapor ke Bawaslu, Gerinda Tuding Jutaan DPT Ganda di Jateng
Lembaga Advokasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra melaporkan dugaan persoalan Daftar Pemilih Tetap di Jawa Tengah dalam Pilkada 2018 ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dalam laporannya, Gerindra memprediksi ada 3,7 juta DPT yang berpotensi bermasalah.
Juru bicara Lembaga Advokasi DPP Partai Gerindra Munatsir Mustaman mengatakan, potensi tersebut berasal dari adanya temuan 22 variasi data ganda dalam DPT Jawa Tengah. Hal ini terdiri dari seperti kesamaan Kartu Keluarga, Nomor Induk Kependudukan (NIK), dan nama pemilih.
"Temuan paling besar itu ada NIK ganda. Ada beberapa NIK digunakan beberapa orang," kata Munatsir di kantor Bawaslu, Jakarta, Senin (11/6).
(Baca juga: Peta Kekuatan Politik Jawa Barat dan Jawa Tengah Jelang Pencoblosan)
Selain variasi kegandaan, terdapat pula temuan mengenai identitas pemilih yang mencurigakan. Kecurigaan itu muncul lantaran nama pemilih terlalu singkat dengan tiga huruf, seperti Ani, Adi, Ina.
Potensi ini, lanjutnya, sebesar 2.448 orang yang tersebar di 11 kabupaten/kota. "Kami curiga karena jarang sekali orang Jawa Tengah memiliki nama sesingkat itu," kata Munatsir.
Karenanya, hari ini Munatsir bersama timnya melaporkan masalah ini ke Bawaslu. Sebagai bukti, mereka membawa laporan rekapitulasi data permasalahan DPT di Jawa Tengah.
Selain ke Bawaslu, Gerindra juga melaporkan ini ke Panwaslu Jawa Tengah. Kehadiran Gerindra ke Bawaslu sendiri dilakukan untuk meminta pemantauan atas proses yang terjadi di Pilkada Jawa Tengah.
"Semoga itu bisa ditelusuri oleh Bawaslu dan bisa diperbaiki," kata Munatsir.
(Baca juga: Di Mana Kantong Suara Ganjar Pranowo?)
Pencoblosan pemilihan kepala daerah, temasuk Jawa Tengah akan berlangsung serentak pada Rabu, 27 Juni mendatang. Partai Gerindra dalam Pilgub Jawa Tengah mendukung pasangan Sudirman Said – Ida Fauziyah. Pesaing mereka, Ganjar Pranowo – Taj Yasin Maimoen, dalam berbagai survei disebutkan paling unggul.
Dari hasil survei terbaru Charta Politica, pasangan Ganjar-Taj Yasin mendapatkan perolehan elektoral hingga 70,5%. Sementara elektabilitas pesaingnya, Sudirman-Ida, hanya sebesar 13,6%. Perolehan suara yang dimiliki Sudirman-Ida bahkan lebih kecil dari jumlah responden yang belum menentukan pilihannya sebesar 15,9%.
Dalam survei yang pada 23-29 Mei 2018 ini, Charta Politika melibatkan 1200 responden di seluruh Jawa Tengah. Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error +/- 2,8% dan tingkat kepercayaan 95%. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyatakan, rendahnya elektabilitas Sudirman-Ida lantaran tingkat pengenalannya yang masih cukup rendah. Tingkat pengenalan masyarakat Jawa Tengah terhadap Sudirman hanya sebesar 41,2% dengan kesukaan mencapai 91,9%. Ida memiliki tingkat pengenalan sebesar 27,9% dengan tingkat kesukaan mencapai 93,1%.
Adapun, Ganjar yang merupakan petahana Gubernur Jawa Tengah memiliki tingkat pengenalan sebesar 86,8% dengan kesukaan mencapai 96,6%. Taj Yasin memiliki tingkat pengenalan mencapai 34,8% dengan kesukaan sebesar 95,9%.
“Bagaimana mungkin pertarungan apple to apple dari elektabilitas jika tingkat pengenalannya berbeda jauh. Ini yang jadi kesulitan dari Sudirman Said sebagai calon gubernur penantang inkumben,” kata Yunarto.