Sponsor Piala Dunia 2018 Dikuasai Tujuh Perusahaan Tiongkok
Tujuh perusahaan Tiongkok maju sebagai sponsor Piala Dunia 2018 yang digelar pada 14 Juni-15 Juli 2018 di Rusia. Ketujuh negara tersebut diperkirakan telah menghabiskan dana sebesar US$ 835 juta atau sekitar Rp 11,7 triliun untuk mensponsori ajang sepak bola bergengsi empat tahunan itu, atau sekitar dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan belanja sponsor yang dihabiskan perusahaan Amerika Serikat (AS).
Dari 34 slot sponsor yang ditawarkan untuk turnamen Piala Dunia 2018, ada 19 slot sponsor yang terisi. Dari jumlah slot sponsor yang terisi, tujuh di antaranya terdiri dari perusahaan Tiongkok.
Menurut Yicai.com, seperti yang dilansir dari laman Forbes, Selasa (19/6) mengungkapkan tujuh perusaan Tiongkok itu antara lain terdiri dari perusahaan konglomerasi properti dan hiburan Dalian Wanda Group, perusahaan telepon seluler Vivo Communication Technology, perusahaan elektronik Hisense Group, perusahaan susu Mengniu Dairy, perusahaan skuter listrik Yadea Technology Group, Zhidianyijing Virtual Reality Technology dan Diking China.
Sejumlah alasan disebut melatari masuknya perusahaan Tiongkok ke ajang Piala Dunia, salah satunya karena event tersebut dinilai tepat dan efektif untuk mendukung kampanye pemasaran secara global. Terlebih perusahaan Tiongkok saat ini tengah mengkampanyekan produk "made in China" di pasar dunia dan bersaing ketat dengan sejumlah merek eksisting yang telah ada sebelumnya dari AS, Jepang serta Eropa.
Masuknya perusahaan Tiongkok, yang dipimpin oleh pengembang properti The Wanda Group sebagai satu dari tujuh mitra Piala Dunia 2018, merupakan yang pertama kali dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Besarnya investasi perusahaan Tiongkok ini, sekaligus menyelamatkan penurunan pendapatan sponsor Piala Dunia yang jatuh pada musim panas ini. Laporan World Football Sport Nielsen 2018 menunjukan, pendapatan sponsor Federasi Sepak bola Internasional (FIFA) untuk periode 2015-2018 mencapai US$ 1,45 miliar, turun dari periode 2011-2014 sebesar US$ 1,62 miliar, termasuk untuk gelaran Piala Dunia di Brazil 2014.
Menurut laporan tersebut, sejak dilanda skandal korupsi, FIFA telah kehilangan sponsor utama Piala Dunia termasuk Sony, Johnson & Johnson dan Castrol. Dengan begitu, Nielsen menyebut siklus 2015-2018 merupakan masa yang sulit dalam penyelenggaraaan Piala Dunia setelah ditinggal pergi para sponsor.
Piala Dunia seharusnya bisa menjadi salah satu ajang penting sekaligus merupakan ajang pencetak uang bagi FIFA. Sebab, Piala Dunia adalah salah satu acara televisi yang paling banyak ditonton di dunia, sehingga perusahaan besar secara tradisional menikmati platform yang ditawarkan dan umumnya banyak perusahaan bersaing ketat dalam memperebutkan slot sponsor yang ditawarkan.
"Namun dengan masuknya sejumlah sponsor baru, termasuk beberapa dari Tiongkok membantu FIFA mengatasi badai itu," tulis laporan tersebut, dikutip dari laman Forbes, Selasa (12/6).
Sementara itu, artikel The Economist, Rabu (20/6) menyebut, Tiongkok agaknya kurang peduli dengan skandal FIFA. Sekitar satu dari lima penduduk Tiongkok menonton turnamen 2014 di televisi, tetapi popularitas sepak bola di negeri tirai bambu sepertinya belum terlalu masif mensponsori ajang Piala Dunia. Sehingga perubahan tahun ini dinilai penting.
Presiden RRT, Xi Jinping, sebagai penggemar sepak bola pun tidak menutupi keinginannya yang berharap Tiongkok lolos ke Piala Dunia, menjadi tuan rumah pertandingan dan berhasil memenangkannya. Menurut Nielsen, kehadiran sponsor Tiongkok di turnamen ini sebagai upaya nasional untuk mengembangkan permainan dan masuk ke Piala Dunia. Mereka berbicara kepada FIFA dalam bahasa yang mudah dipahami dengan satu kata, yaitu : Uang.