BNPB: Jumlah Korban Tsunami Palu 844 Orang Meninggal dan 90 Hilang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Donggala serta Palu, Sulawesi Tengah hingga Senin (1/10) siang mencapai 844 orang. Mereka meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Dari jumlah tersebut, 821 orang berada di Palu, 11 orang di Donggala, dan 12 orang di Parigi Moutong. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan ad 90 orang yang belum ditemukan. Sebanyak 29 orang hilang di Pantoloan Induk, 17 orang di Donggala, serta 44 orang di Kecamatan Tawaeli.
Sementara korban luka berat sampai saat ini tercatat sebanyak 632 orang. Mereka telah dirawat di rumah sakit. Ada pun jumlah pengungsi akibat gempa dan tsunami di Palu-Donggala mencapai 48.025 orang. Para korban tersebar di 103 titik di Kota Palu. (Baca juga: Wiranto Panggil Dubes Bahas Bantuan Asing bagi Korban Tsunami Palu).
Menurut Sutopo, mereka mengungsi di lapangan serta halaman kantor dengan memanfaatkan tenda. Masyarakat yang sebelumnya berada di bukit saat ini sudah mulai turun bergabung. “Kami belum tahu jumlah pengungsi di Donggala, Parigi Mountong, dan Sigi,” kata Sutopo di kantornya, Jakarta, Senin (1/10).
Saat ini, Sutopo melanjutkan, belum semua kebutuhan dasar para pengungsi tercukupi. Masih ada keterbatasan jumlah logistik, tenda, selimut, permakanan, serta layanan kesehatan. Kendala di lapangan menyebabkan pelayanan belum optimal. Karenanya, ada enam prioritas dalam penanganan terhadap bencana di wilayah tersebut.
Pertama, pemerintah melanjutkan evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban. Saat ini pencarian korban difokuskan di Hotel Roa-roa, Sigi, Donggala, Balaroa, Patobo, Mal Ramayana, Restoran Dunia Baru, Pantai Talisei, serta Hotel Mercure. Untuk proses ini, pemerintah terus mendatangkan alat berat dari Palu. Hanya saja, pihaknya masih membutuhkan logistik tersebut dalam jumlah lebih banyak.
Karenanya, pemerintah akan mendatangkan alat berat dari luar Palu-Donggala, yakni Mamuju, Gorontalo, Poso, dan Balikpapan. Tanpa alat berat, Tim SAR Gabungan kesulitan karena daerahnya luas dan sumber daya yang ada masih terbatas. Pemerintah pun akan menambah personel untuk Tim SAR Gabungan. Saat ini relawan terus berdatangan untuk membantu kerja Tim SAR Gabungan.
Prioritas kedua adalah pemakaman para jenazah yang berada di rumah sakit. Sutopo mengatakan banyak jenazah yang sudah mengeluarkan bau tak sedap lantaran belum dimakamkan selama tiga hari. Untuk itu, pemerintah akan memakamkan mereka secara massal di Tempat Pemakaman Umum Pagoya, Kota Palu hari ini. Sudah ada seribu lubang yang disiapkan. “Dipilah laki-laki dan perempuan, kemudian didoakan,” kata Sutopo.
Prioritas ketiga adalah percepatan pemulihan jaringan listrik. Hal ini dilakukan mengingat belum semua jaringan listrik di Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Mountong menyala. Sebanyak 216 personel dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih memperbaiki gardu induk jaringan listrik. Pagi tadi, sudah ada delapan genset PLN yang telah diterbangkan dengan pesawat Hercules milik TNI AU untuk disebar di Posko Palu dan Donggala.
Menurut Sutopo, pemulihan jaringan listrik diperlukan untuk memudahkan proses evakuasi serta penanganan korban dan pengungsi. “Diharapkan PLN menyelesaikan jaringan listrik ini maksimum dua hari ke depan,” kata dia. (Baca juga: Menteri Luhut: Tsunami Palu Tak Perlu Status Bencana Nasional).
Prioritas keempat adalah percepatan pengadaan bahan bakar minyak (BBM), terutama untuk genset di rumah sakit dan operator seluler. Sutopo menjelaskan, pasokan energi itu diambil dari terminal BBM di Poso, Moutong, Toli-toli, dan Pare-pare.
Sejak pagi tadi, sepulu mobil tangki BBM dari Pare-pare sudah tiba di Palu. Dari jumlah tersebut, satu mobil tangki avtur telah diarahkan menuju Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie, Palu. Pertamina juga menerbangkan 4.000 liter solar dengan pesawat khusus.
Prioritas kelima yakni distribusi logistik dan permakanan untuk pengungsi. Dia menerangkan, bantuan logistik terus berdatangan, baik dari jalur udara, darat, dan menggunakan kapal laut. Menurut Sutopo, logistik di gudang bandara yang diangkut melalui pesawat Hercules TNI AU sebagian telah didistribusikan. Adapaun distribusi logistik jalur darat dalam perjalanan.
Menurut Sutopo, distribusi logistik di jalur darat mendapat pengawalan kepolisian. Ini dilakukan agar proses distribusi tidak terhambat di tengah jalan oleh beberapa pihak yang menyetop kendaraan bantuan logistik. “Yang keenam, prioritas terhadap percepatan jaringan komunikasi,” kata Sutopo.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan telah terjadi tsunami di wilayah Palu, Donggala, dan Mamuju, Sulawesi Tengah. Di Palu, tsunami diperkirakan terjadi sekitar pukul 17.22 WIB atau 18.22 WITA dengan level siaga dan dengan ketinggian sekitar 0,5-3 meter.
(Baca pula: Jokowi Minta Penjarahan Mini Market Setelah Gempa Palu Tak Dibesarkan).
Sementara di Donggala dan Mamuju, BMKG memperkirakan tsunami terjadi dengan tingkat waspada, yakni dengan ketinggian kurang dari 0,5 meter. “Artinya memang benar telah terjadi tsunami 1,5 meter,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam video conference dari Yogyakarta, Jumat lalu.
Dwikorita mengatakan, tsunami tersebut muncul akibat adanya gempa bumi sebesar 7,7 SR (yang kemudian direvisi menjadi 7,4 SR) dengan kedalaman 10 kilometer (KM). Gempa tersebut berjarak 26 KM di utara kota Donggala pada koordinat 0,20 LS dan 119,89 BT pada Jumat (28/9) pukul 17.02 WIB atau pukul 18.02 WITA.
Gempa tersebut terjadi akibat aktivasi sesar geser Palu Koro. "Jadi di situ terjadi mekanisme pergerakan dari struktur gempa mendatar," kata Dwikorita.