BI Lihat Potensi Defisit Transaksi Berjalan Melebar di Kuartal III
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut adanya tanda-tanda perbaikan defisit transaksi berjalan. Namun, defisitnya pada kuartal III kemungkinan masih lebih besar dibandingkan kuartal II yang mencapai 3,04% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Ada tanda-tanda CAD (current account deficit/defisit transaksi berjalan) mengarah ke perkembangan membaik meskipun dalam jangka pendek di triwulan tiga CAD belum bisa menurun drastis. Mungkin ada kecenderungan lebih tinggi dari triwulan kedua," kata Perry di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (15/10).
Meski ada potensi defisit melebar, tapi ia meyakini defisit untuk keseluruhan tahun 2018 akan berada di bawah batas aman yaitu 3% terhadap PDB. Sementara untuk tahun depan, defisit diperkirakan menyusut ke kisaran 2,5% terhadap PDB.
(Baca juga: BI: Kebijakan Menekan Defisit Transaksi Berjalan Menuai Hasil di 2019)
Adapun kondisi defisit transaksi berjalan menunjukkan ketidakseimbangan pasokan valas dari ekspor dengan kebutuhan valas untuk impor. Kondisi defisit membuat nilai tukar rupiah rentan gejolak, sebab Indonesia jadi bergantung pada dana asing ke pasar keuangan untuk memenuhi kebutuhan valas.
Optimisme Perry soal perbaikan defisit transaksi berjalan lantaran melihat langkah pemerintah dalam mengendalikan impor mulai menuai hasil. Impor migas mengalami penurunan signifikan sehingga turut berkontribusi dalam membalikkan neraca dagang dari defisit menjadi surplus US$ 230 juta pada September lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor migas pada September mengalami penurunan sebanyak 25,20% menjadi US$ 2,28 miliar. Selain itu, optimisme perbaikan defisit transaksi berjalan juga dengan melihat kemungkinan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun depan.
Di sisi lain, pertumbuhan ekspor diakui Perry masih lambat. Salah satu penyebabnya, melemahnya permintaan ekspor komoditas dari Tiongkok seiring dengan pertumbuhan ekonomi negeri tersebut yang melambat.
Maka itu, ia menekankan pentingnya Indonesia mendorong ekspor non-komoditas berupa ekspor manufaktur. "Manufaktur bagus termasuk ke Amerika," ujarnya. Selain itu, pengembangan sektor pariwisata untuk menarik pendapatan devisa dari kedatangan turis asing.
(Baca juga: Sri Mulyani Akan Terus Ngomel Selama Defisit Transaksi Berjalan Besar)
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut sudah adanya peningkatan ekspor meskipun masih lemah, di samping penurunan impor. Namun, ia mengakui perkembangan tersebut di bawah ekspektasi. "(ekspor) Belum meningkat setingkat yang kami harapkan. Kami harapkan akan terus meningkat," ujarnya.
Ia berharap defisit transaksi berjalan dapat terus bergerak ke arah yang lebih positif. Untuk itu, pemerintah akan terus memerhatikan neraca perdagangan migas agar tetap terjaga.