Debat Pilpres Putaran Pertama Tak Menarik, Penonton Minim
Animo masyarakat untuk menonton Debat Pilpres 2019 putaran pertama dinilai masih minim. Berdasarkan hasil sigi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, hanya 50,6% dari total populasi masyarakat Indonesia menonton debat tersebut.
Sebanyak 46,7% responden mengaku tidak menonton debat capres. Sementara itu, sebanyak 2,7% responden tidak menjawab. "Yang menonton debat hanya sebagian saja," kata Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby di kantornya, Jakarta, Rabu (30/1).
Dari jumlah penonton debat, cuma 29,6% responden saja yang menonton utuh. Angka ini hanya sebesar 14,9% dari total populasi. Adapun sebanyak 69,9% responden mengaku hanya menonton sebagian debat. Adapun, 0,5% responden tidak menjawab.
Jika dibedah dari tingkat pendidikan, jumlah orang yang menonton debat secara utuh paling banyak berasal dari orang yang pernah kuliah atau di atasnya. Jumlahnya mencapai 39,6%.
Responden dengan pendidikan SLTA atau sederajat yang menonton debat secara utuh hanya sebesar 30,9%. Responden dengan pendidikan SLTP sebesar 29,2%. Sementara itu, lulusan SD hanya sebesar 23,2%.
Hal serupa terlihat pada penonton berdasarkan tingkat pendapatan. Masyarakat yang menonton debat secara utuh paling banyak berasal dari mereka yang pendapatannya di atas Rp 3 juta, yakni sebesar 35,2%.
Responden dengan pendapatan Rp 1-3 juta yang menonton debat secara utuh sebesar 54,5%. Sementara, terdapat 27,4% responden yang pendapatannya kurang dari Rp 1 juta menonton debat secara utuh.
Berdasarkan gender, laki-laki merupakan yang paling banyak menonton debat secara utuh, yakni 38%. Jumlah perempuan yang menonton debat secara utuh hanya sebesar 19,4%.
Berdasarkan wilayah, orang yang tinggal di kota paling banyak menonton debat secara utuh, yakni sebesar 29,7%. Sedangkan di desa, sebanyak 29,6% responden menonton debat secara utuh.
Dari basis agama, ada 31,3% pemilih muslim yang menonton debat secara utuh. Sementara non-muslim yang menonton debat secara utuh sebesar 21,2%.
"Umumnya yang menonton debat secara utuh secara proporsional lebih banyak di kalangan pendidikan tinggi, ekonomi menengah atas, laki-laki, di kota, dan pemilih muslim," kata Adjie.
(Baca: LSI Denny JA: Pascadebat Pertama, Elektabilitas Paslon Stagnan)
Format dan Substansi Kurang Menarik
Adjie menilai, minimnya penonton debat perdana Pilpres 2019 disebabkan formatnya belum bagus. Selain itu, durasi debat selama dua jam terlalu lama bagi khalayak.
Hal tersebut membuat bosan publik. Terlebih, substansi debat juga kurang menarik. Adjie menilai, substansi yang disampaikan kedua pasangan calon, yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak jelas perbedaannya.
"Itu hampir semua isu, penegakan hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. Tidak ada perbedaan yang jelas yang dilihat oleh pemilih," kata Adjie.
Lebih lanjut, Adjie menilai Jokowi-Ma'ruf sebagai petahana kurang mampu menyampaikan prestasinya selama menjabat. Padahal, hal itu dinilai dapat menarik atensi publik.
Di sisi lain, Prabowo-Sandiaga kurang mampu menyampaikan kritiknya atas pemerintahan Jokowi selama ini. Sebagai penantang, Prabowo-Sandiaga harusnya dapat menunjukkan kelemahan-kelemahan Jokowi dan memberikan solusi. "Prabowo-Sandiaga kritiknya juga kurang kelihatan oleh publik," kata dia.
LSI Denny JA mengadakan survei pada 18-25 Januari 2019 dengan melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2,8%.
(Baca: KPK: Komitmen Jokowi dan Prabowo untuk Berantas Korupsi Belum Jelas)