Kepala BKPM Yakin Investasi Tetap Mengalir Bila Ada Kejutan Pilpres
Kepala Badan Koordinasi Penananaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong optimistis investasi akan tetap mengalir di tahun politik ini. Alasannya, petahana dan pesaing telah menunjukkan sikap yang relatif pro-investasi.
Ia pun mencontohkan langkah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto – Sandiaga Uno bertemu duta besar (dubes) negara-negara Uni Eropa. Hal ini membuat investor negara lain tenang dan meyakini tidak ada perubahan kebijakan signifikan bila petahana kalah dalam pemilihan umum presiden (Pilpres) April mendatang.
Adapun saat bertemu dengan dubes negara-negara Uni Eropa, BPN juga sempat mengklarifikasi pernyataan Prabowo terkait kebijakan perpajakan bila menang Pilpres. Yang diusung adalah kenaikan rasio pajak dan bukan tarif pajak.
"Jadi misal terjadi kejutan (menang), tetap akan ada investasi dan tidak ada perubahan kebijakan," kata Lembong di kantornya, Jakarta, Rabu (30/1).
(Baca: Jelang Pilpres, Investor Khawatirkan Ekonomi Global Daripada Politik)
Berdasarkan penilaiannya atas pernyataan kubu oposisi, jurus kebijakan tidak jauh berbeda. "Jurus kebijakannya tetap mengarah reformasi ekonomi hingga internasionalisasi," ujarnya.
Meski begitu, dia mengatakan pelaku dunia usaha biasanya lebih menginginkan adanya kontinuitas kebijakan, dalam hal ini tidak ada perubahan kepemimpinan.
Tahun ini, Lembong menargetkan investasi masuk sebesar Rp 792,3 triliun, dengan rincian 55% berasal dari Penanaman Modal Asing dan 45% Penanaman Modal Dalam Negeri. Target tersebut lebih tinggi 9,8% dibandingkan realisasi tahun lalu.
Ia optimistis target bisa tercapai. Sebab, masih ada 7,5 bulan lagi untuk memacu modal masuk Indonesia, setelah Pilpres. "Jadi setelah pemilihan, akan recover (membaik) dari perlambatan (pertumbuhan investasi) sebelum Pemilu," kata Lembong.
(Baca: Investasi 2018 Tak Capai Target Imbas Perang Dagang dan Pemilu)
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi juga memprediksi Pemilu tidak akan banyak berdampak ke ekonomi Indonesia. "Mungkin ketika kampanye yang dibawakan langgam (gaya) kiri, ketika terpilih nanti juga langgam kanan," kata Burhanuddin.