Jaga Likuiditas, BI Lakukan Operasi Moneter Tiga Kali Seminggu
Bank Indonesia (BI) memastikan pihaknya akan terus menjaga ketersediaan likuiditas bank. Harapannya, likuiditas cukup untuk menyokong penyaluran kredit. Upaya menjaga likuiditas bank telah dilakukan melalui operasi moneter yang digelar secara rutin.
"Kami melakukan operasi moneter, khususnya melalui term repo maupun melalui swap valas (valuta asing) dengan kejelasan frekuensinya tiga kali seminggu," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di kantornya, Jakarta, Jumat (1/3).
Menurut dia, komunikasi dengan perbankan juga dilakukan guna memastikan ketersediaan likuiditas. Adapun kondisi likuiditas bank terpantau mengetat. Ini tercermin dari tingginya rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (DPK) atau loan to deposit ratio (LDR).
(Baca: Minta Bank Tak Kerek Bunga Kredit, Gubernur BI Siap Suntik Likuiditas)
LDR mencapai 94% pada Desember 2018. Menurut Tim Ekonom Bank Mandiri, rasio LDR tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 10 tahun. Penyebabnya, peningkatan pertumbuhan kredit perbankan yang tidak disertai dengan pertumbuhan DPK yang memadai.
Sebelumnya, Perry meminta perbankan tidak menaikkan bunga kredit meskipun kondisi likuiditas lebih ketat. Ia menyatakan BI siap melanjutkan operasi moneter untuk menginjeksi likuiditas lebih lanjut guna memenuhi kebutuhan perbankan.
(Baca: Likuiditas Bank Ketat, Rasio LDR Tertinggi Lebih dari 10 Tahun)
Pada Desember 2018, BI menyuntik likuiditas sebesar Rp 120 triliun, kemudian Januari 2019 sebesar Rp 75 triliun, dan berlanjut pada Februari lalu. "Perbankan tidak perlu naikkan suku bunga kredit lah, supaya terus menggerojoki pembiayaan kredit. Itu konteksnya. Kalau kurang, bilang saya," kata dia.
(Baca: Kredit Bank Januari 2019 Tumbuh Tinggi 11,97%, Likuiditas Masih Aman)
Selain itu, ia memastikan kecukupan likuiditas bank akan terus terjaga lewat sejumlah kebijakan makroprudensial. Ia pun menyinggung soal kebijakan pelonggaran uang muka kredit pemilikan rumah serta kebijakan untuk mendorong penyaluran kredit korporasi atau wholesale funding dan penerbitan obligasi korporasi.