Keriuhan Cebong dan Kampret Disebut Bisa Jadi Inspirasi Desain Fesyen
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf membuka Indonesia Fashion Week 2019 yang berlangsung selama lima hari, 27 hingga 31 Maret 2019. Dalam sambutannya, dia mengungkapkan ide desain dalam fesyen bisa datang dari mana saja, termasuk perbedaan politik.
"Contohnya sebutan cebong dan kampret bisa jadi ide untuk bikin desain, kita harus ciptakan suasana politik yang fun, perbedaan tidak boleh memisahkan kita," katanya di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (27/3).
Menurut Triawan, perbedaan politik menjelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) serta Pemilihan Legislatif pada 17 April 2019 seharusnya bukan menekankan perbedaan tidak memecah masyarakat. Dia mengungkapkan, nilai budaya harus diutamakan, apalagi Indonesia Fashion Week 2019 mengambil tema “Cultural Values”.
Triawan menambahkan, perbedaan nilai politik tidak boleh memecah belah masyarakat. Dia menyayangkan adanya pemakaman yang tidak menerima salah satu pendukung karena beda pilihan. "Kompetisi harusnya jadi inspirasi baru," ujarnya.
(Baca: Indonesia Fashion Week 2019 Incar Transaksi Rp 100 Miliar)
Selain budaya, dia mengatakan nilai lingkungan juga harus menjadi perhatian masyarakat, terutama pelaku usaha sektor ekonomi kreatif. Sehingga, pagelaran Indonesia Fashion Week 2019 bisa menjadi ajang konsumsi segala pihak yang tidak merusak ekosistem kehidupan flora dan fauna.
Sebelumnya, Presiden Indonesia Fashion Week (IFW) Poppy Dharsono menargetkan nilai transaksi perhelatan IFW 2019 sebesar Rp 100 miliar, lebih tinggi daripada capaian tahun lalu yang hanya Rp 80 miliar. "Dua tahun lalu bisa mencapai Rp 100 miliar, sekarang saya pikir bisa sama lagi," kata Poppy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (27/3).
Menurutnya, Indonesia Fashion Week 2019 semakin mendapat perhatian dunia internasional karena tidak hanya mencakup ranah budaya, tetapi juga pariwisata. Tahun ini, IFW 2019 menitikberatkan budaya dari Kalimantan yang menjadi inspirasi perayaan budaya dalam pameran.
(Baca: Mety Choa, Mengusung Maison Met ke Panggung Fesyen Dunia)
Poppy menjelaskan, budaya Kalimantan menginspirasi penggunaan bahan baku seperti kain tenun, songket, dan batik dari berbagai wilayah di Indonesia maupun motif perisai, flora dan fauna dalam detail desain busana. Apalagi, rumpun masyarakat Kalimantan sangat unik yang terdiri dari beberapa etnis utama seperti Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, dan Dayak Paser.
Budaya Kalimantan merupakan hasil adaptasi, akulturasi, dan asimilasi unsur-unsur budaya dari berbagai suku. Contohnya, Sarung Samarinda, Sarung Tenun Pagatan, Benang Batik Dayak Ngaju, Kain Sasirangan Banjarmasin. "Sehingga budaya Kalimantan dapat makin dikenal luas melalui hasil karya para perancang busana,” ujar Poppy.