Pemimpin Eropa Sepakati Penundaan Brexit hingga Akhir Oktober 2019
Para pemimpin Uni Eropa sepakat menunda Brexit hingga 31 Oktober, atau empat bulan lebih lama dari tenggat waktu yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Perpanjangan waktu itu diberikan guna memberi kesempatan bagi pemerintah Inggris untuk menyelesaikan masalah domestiknya yang masih menemui jalan buntu perihal perjanjian Brexit.
"EU27/UK telah menyetujui memberikan flexibilitas perpanjangan waktu hingga 31 Oktober. Ini artinya ada tambahan waktu enam bulan bagi Inggris untuk menemukan solusi terbaik," kata Presiden Dewan Eropa Donald Tusk lewat di cuitannya di Twitter setelah perundingan di Brussels, Belgia Kamis (10/4) dini hari.
(Baca: IMF: Prospek Ekonomi Melemah, Bukan Tanda Resesi Global)
Namun, dia juga menekankan bahwa Inggris bisa keluar lebih awal jika May memperoleh dukungan parlemen Inggris untuk perjanjian Brexit, atau hal lain yang dapat mengubah apa yang diinginkannya dari pakta perdagangan masa depan.
"Sampai akhir periode ini, Inggris masih memiliki kemungkinan untuk...membatalkan Brexit sama sekali," ujar Tusk.
Adapun penundaan Brexit juga akan kembali direview pada Juni mendatang.
Mengutip laman Financial Times, May sebelumnya meminta perpanjangan waktu untuk memutuskan keluar dari blok Eropa pada 30 Juni 2019. Padahal Inggris semula dijadwalkan meninggalkan Eropa 29 Maret lalu.
Kanselir Jerman Angela Merkel dan beberapa pemimpin Eropa lain bahkan menawarkan perpanjangan waktu lebih lama hingga akhir tahun atau Maret tahun depan. Namun, hal itu ditentang oleh Presiden Prancis Emanuel Macron.
Prancis juga mengatakan negara-negara Uni Eropa harus memberi jaminan bahwa Inggris tidak mengganggu rencana jangka panjang Uni Eropa, termasuk pada saat pemilihan presiden Komisi Eropa berikutnya dan perencanaan anggaran tahunan.
KTT Uni Eropa sedianya akan diadakan beberapa hari sebelum tenggat terakhir Inggris untuk keluar dari blok Eropa. Macron bersuara paling lantang bahwa perdana menteri Inggris dinilai gagal memberikan proposal yang kredibel tentang rencana penyelesaian kebuntuan soal rencana Brexit di parlemen Inggris.
(Baca: Katadata Sentiment Index: IHSG April 2019 Bearish karena Faktor Global)
Diplomat Uni Eropa mengatakan Macron mengatakan kepadanya, bahwa menjelang pemilihan Eropa pada 23 Mei 2019, May harus memberi tahu Uni Eropa apakah Inggris akan menyetujui menarik perjanjian, pergi tanpa kesepakatan, atau akan meninggalkan Brexit.
Macron mengatakan kepada para pemimpin Eropa lain bahwa 30 Juni adalah tenggat maksimum yang ditawarkan, meskipun Angela Merkel dan beberapa pemimpin lainnya menganjurkan penundaan untuk menghindari kepergian Inggris dari serikat yang tanpa kesepakatan.
Menaggapi hal tersebut, May berharap bisa menyelesaikan kesepakatan sebelum pemilihan Eropa 23 Mei mendatang. "Yang penting adalah bahwa setiap perpanjangan memungkinkan kami untuk keluar pada titik di mana kami akan meratifikasi perjanjian penarikan," ujarnya. sebelum pertemuan puncak.
(Baca: Kondisi Global Tak Menentu, Dana Asing Masuk Rp 90 Triliun)
Presiden Lithuania Dalia Grybauskaitė menyiratkan dukungan kepada Inggris mengatakan, dalam keputusannya sebaiknya Inggris tidak terus ditekan.
Sementara ketika disinggung mengenai hal yang harus disertakan pada saat penundaan Brexit, dia mengatakan yang paling penting saat ini adalah menyelenggarakan pemilihan Eropa. "Selebihnya, menurut pendapat pribadi saya, berada di luar jangkauan perjanjian Eropa," ujarnya.