Kemenhub Siapkan Skema untuk Bangun Bus Raya Terpadu
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana membangun proyek Bus Raya Terpadu (Bus Rapid Transit/BRT). Untuk itu pihaknya telah menyiapkan skema untuk bisa mengoperasikan BRT yang akan diuji coba pada 2020 di tiga kota besar.
Skema tersebut yakni buy the service, yaitu sistem pembelian layanan oleh pemerintah kepada pihak swasta dalam mengoperasikan BRT. Dalam uji cobanya nanti, pihaknya akan dibantu oleh beberapa pakar dari negara yang telah memiliki konsep ini. "Namun, kami sebagai pemerintah hanya memberi layanan saja, yang mengoperasikannya swasta," ujarnya, pada keterangan pers, Rabu (26/6).
Menurut Institute for Transportation and Development Policy, BRT memiliki konsep yang sama dengan O-Bahn. O-Bahn merupakan sistem angkutan masal berbasis bus yang memiliki jalur khusus seperti trem. Transportasi umum ini pertama kali digunakan di Jerman.
(Baca: Menengok O-Bahn di Negara Lain, Bus dengan Rel Khusus)
Kementerian menilai, O-Bahn memiliki beberapa keunggulan. Pertama, bus ini dapat keluar dari jalurnya dan beroperasi seperti kendaraan biasa. Kedua, lebar jalur khusus bus O-Bahn kurang lebih 200 centimeter. Ketiga, bentuknya seperti bus biasa namun memiliki roda horizontal. Jika melaju di jalur khuus, roda horizontal menjadi pemandu, sehingga pengemudi hanya perlu mengatur kecepatan kendaraan.
Keempat, dapat beroperasi menggunakan bus gandeng. Moda angkutan ini dapat menggandeng dua atau tiga bus biasa menjadi satu rangkaian. Dengan demikian, penyedia jasa hanya perlu menambahkan bus pada saat jam sibuk, tidak perlu menyediakan pengemudi ekstra.
Budi menjelaskan karakter daerah pinggiran kota seperti Klaten, Magelang, dan Purworejo cocok dengan konsep O-Bahn. "Kalau di Jakarta bisa saja, tapi sudah banyak jenis transportasi. Kami ingin memperlebar kekuatan transportasi," ujarnya.
Beberapa contoh negara yang telah menerapkan sistem O-Bahn antara lain,
- Jerman: Essen (populasi 585.000 jiwa), Mannheim (populasi 311.342 jiwa)
- Inggris: Birmingham (populasi 1.001.200 jiwa), Cambridge (populasi 123.900 jiwa)
- Australia: Adelaide (populasi 1.200.000 jiwa)
- Jepang: Nagoya (populasi 2.296.000 jiwa).
(Baca: Bus O-Bahn Dinilai Belum Tentu Cocok di Jakarta, Begini Alasannya)