Sunarso Calon Potensial BRI 1, Dipersiapkan Sejak Januari?
Wakil Direktur Utama (Wadirut) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso santer dikabarkan bakal memimpin perusahaan itu berikutnya. Kabar ini menyusul pemindahan Suprajarto dari Dirut BRI menjadi Dirut Bank Tabugan Negara (BTN), meski akhirnya ia mengundurkan diri.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno diduga sudah merencanakan suksesi tersebut sejak berbulan-bulan lalu. Dugaan ini berkembang mengingat Sunarso tiba-tiba dipulangkan ke posisi lamanya yaitu Wakil Dirut BRI pada Januari 2019 lalu, setelah sekitar setahun menjabat Dirut Pegadaian.
Pergerakan di awal tahun itu pun disebut-sebut sebagai tanda dimulainya persiapan Sunarso menuju BRI 1. (Belakangan, setelah Sunarso resmi menempati posisi BRI 1, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo menepis dugaan tersebut. Menurut dia, prosesnya "tidak serta merta seperti itu". Kementerian BUMN menilai dulu kinerja Sunarso sebagai Wakil Dirut BRI sebelum membuat keputusan).
(Baca: Kisruh Pergeseran Jabatan Dirut BRI ke BTN, Ini Penjelasan Pemerintah)
Sunarso memiliki pengalaman panjang di bidang perbankan. Ia memulai kariernya di Bank Dagang Negara (BDN) pada 1991. Setelah BDN dimerger dan berubah nama menjadi Bank Mandiri, pria kelahiran Pasuruan ini melanjutkan karier di bank berlogo pita kuning tersebut.
Pada 2010, pemerintah selaku pemegang saham -- yang diwakili Menteri BUMN -- memberikan mandat kepada Sunarso untuk menduduki kursi direksi Bank Mandiri. Ia menjabat sebagai Direktur Commersial & Business Banking selama lima tahun.
Pada 2015, ia diberhentikan dari posisi itu dan ditunjuk menjadi Wadirut BRI. Selanjutnya, pada 2017, Sunarso dipindah menjadi Dirut Pegadaian. Bersamaan dengan itu, posisi wadirut BRI dihapuskan.
(Baca: Suprajarto Dilengserkan dari Dirut BRI, Siapa Penggantinya?)
Namun, setelah menjabat sekitar setahun di Pegadaian, Sunarso dipulangkan dan dikembalikan ke jabatan semula yaitu wadirut BRI. Pemulangan tersebut disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa BRI yang digelar 3 Januari 2019 lalu.
Kinerja Pegadaian
2018 | 2017 | 2016 | |
Pinjaman yang Diberikan (Omzet) | 10.78% | 4% | 14,46% |
Pendapatan Usaha | 8,95% | 8,39% | 8,67% |
Beban Usaha | 8,98% | 7,11% | 6% |
Laba Usaha | 8,89% | 11,26% | 15,15% |
Total Aset | 8,41% | 3,87% | 19,7% |
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian 2018
Nasib Suprajarto
Suprajarto langsung menyatakan mundur setelah digeser dari Dirut BRI menjadi Dirut BTN. Ia beralasan tidak pernah diajak berkomunikasi tentang pergeseran tersebut.
"Saya tidak pernah diajak bicara sebelumnya. Apalagi diajak musyawarah. Saya memutuskan mengundurkan diri," kata dia dalam Konferensi Pers, tak lama setelah Rapat Umum Pemegang Saham BTN mengesahkan pergeseran tersebut, Kamis (29/8).
Sikap Suprajarto mendapat dukungan dari Serikat Pekerja BRI dan BTN. Pergeseran tersebut dianggap sebagai pelecehan profesi bankir lantara Suprajarto ditugaskan untuk memimpin bank dengan kapasitas yang jauh lebih kecil.
Serikat Pekerja pun mengingatkan agar manajemen karier bankir di lingkungan BUMN melalui sistem merit yang baik dan terbuka.
(Baca: Curahan Hati Suprajarto, Tak Lagi Pimpin BRI dan Mundur dari Dirut BTN)
Kementerian BUMN menepis tudingan tak adanya komunikasi dengan Suprajarto. "Pimpinan Kementerian BUMN senantiasa berupaya menyampaikan keputusan penugasan secara langsung kepada pihak-pihak yang diberi penugasan," kata Deputi Bidang Usaha Jasa Keuagan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultan Kementerian BUMN, Gatot Trihargo.
Menurut dia, Suprajarto digeser ke BTN semata-mata untuk mengakselerasi kinerja perusahaan ke depan. Kementerian BUMN melihat kinerja Suprajarto selama ini positif dan berharap bisa membawa kinerja BTN tumbuh dua hingga tiga kali lipat ke depan.
"Sebagaimana kita tahu, sekarang mortgage bank cuma BTN, jadi yang kami utamakan BTN," kata dia. Apalagi, masih ada masalah kekurangan pasokan rumah yang perlu segera ditangani. "BTN ke depan sangat krusial di mana backlog sudah besar," ujarnya.