Rencana Dual Listing IPO Gojek Hadapi Pro-Kontra di Setiap Negara
Gojek berencana melakukan penawaran saham perdana ke publik (IPO) setidaknya di dua bursa saham (dual listing). Namun, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo masih merahasiakan negara yang dituju untuk IPO tersebut, selain Indonesia.
Menurutnya, setiap negara memiliki pro-kontra dalam menyikapi rencana dual listing Gojek. "Mungkin sedang dipertimbangkan, tapi di mananya belum tahu karena tergantung dari kondisi pasar. Kebetulan, setiap negara punya pro dan kontra untuk memberikan aspirasi kami untuk listing," kata Andre dalam sesi konferensi pers di Jakarta, Sabtu (2/11).
Andre hanya memastikan langkah perusahaan dalam mencari pendanaan melalui pasar modal di dua bursa, salah satunya dilakukan di Indonesia. Alasannya, karena Gojek ingin berkontribusi terhadap pasar modal dalam negeri dan ingin masyarkat Indonesia ikut berpartisipasi terhadap kesuksesan Gojek.
(Baca: Ditinggal Nadiem, Gojek Ungkap 4 Poin Strategi Jangka Panjang)
"Satu listing harus di sini (Indonesia). Karena Gojek itu milik Indonesia, untuk Indonesia, dan harus bisa berkontribusi terhadap bursa saham di Indonesia," ujar Andre.
Andre menambahkan, pihaknya memang sangat tertarik untuk melantai di pasar modal dalam negeri. Terlebih, karena belum pernah ada perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi besar yang bergerak di bidang teknologi yang melepas saham ke publik di Indonesia. "Sebelumnya kan yang melantai di bursa sektor-sektor yang tradisional," ujarnya.
Meski begitu, Andre memastikan, perusahaan yang identik dengan warna hijau ini sudah menyiapkan diri untuk membuka sahamnya ke publik. Untuk itu, Gojek akan fokus pada pertumbuhan yang berorientasi pada penguatan produk untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen menyampaikan, rencana IPO Gojek bukan dalam waktu dekat. "Bukan (IPO) tahun ini atau tahun depan. Jadi masih mungkin terjadi perubahan," katanya dalam konferensi pers di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (25/10).
(Baca: McKinsey Sebut 3 Alasan Penting Kepemimpinan Perempuan di Perusahaan)
Hoesen pun menyampaikan pandangannya, masih sedikitnya perusahaan rintisan yang masuk ke pasar modal karena ada rahasia dapur yang tidak mau dibongkar oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Jika menjadi perusahaan terbuka, maka diwajibkan transparansi, sehingga resep-resep dapur tersebut berisiko untuk ditiru oleh pesaingnya.
"Saya tidak berharap atau ngotot untuk mereka (perusahaan rintisan) untuk masuk pasar modal karena untuk meniru bisnis model itu tidak susah. Bisnis modelnya kan sederhana," kata Hoesen.