Luhut Sebut Nilai Tukar Rupiah Bisa di Bawah Rp 10 Ribu per Dolar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan nilai tukar rupiah bisa berada di bawah Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat. Dia mengatakan rupiah bisa menguat dari nilai tukar saat ini yakni Rp 14.130 per dolar jika pemerintah berhasil menekan defisit transaksi berjalan.
Sepanjang tahun lalu, neraca transaksi berjalan mengalami defisit US$ 31,1 miliar atau sekitar 2,98% dari PDB. Namun Luhut menargetkan defisit transaksi berjalan mencapai US$ 1 miliar hanya dalam dua atau tiga tahun.
“(Harapannya, defisit bisa) single digit atau di bawahnya sehingga rupiah bisa di bawah Rp 10 ribu,” kata Luhut di kantornya, Jakarta, Selasa (3/12).
(Baca: Prospek Brexit Tak Jelas, Rupiah Melemah ke 14.125 per Dolar AS)
Luhut menjelaskan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan defisit transaksi berjalan adalah hilirisasi industri, peningkatan ekspor, mandatori biodiesel 30% (B30), hingga penarikan kunjungan turis pada sektor pariwisata.
Dia menargetkan volume impor solar dapat berkurang hingga 25% melalui penggunaan B20. Bila kebijakan tersebut terus diterapkan, impor energi bisa berkurang 35%. "Kami juga menghitung pengurangan impor solar dengan B40, B50, dan B100, “ujar dia.
Pemerintah juga menargetkan ekspor stainless steel, carbon steel, katode, dan baterai litium akan meningkat. Ekspor carbon steel dan stainless steel diperkirakan bisa mencapai US$ 15 miliar. Luhut juga mengatakan kelapa sawit masih menopang ekspor nasional.
Kemudian, RI juga akan menjual carbon credit sehingga penerimaan negara akan meningkat. "Ini potensinya puluhan miliar dolar," kata Luhut.
(Baca: Menko Ekonomi Sebut Penerapan B30 Bisa Hemat Devisa US$ 8 Miliar)
Luhut juga memperkirakan investasi sektor energi hijau akan meningkat. Saat ini, Indonesia sudah memiliki proyek green energy dan hydropower di Kalimantan dan Papua. Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu menyatakan Jepang tertarik pada proyek energo terbarukan.