Inalum Cari Pinjaman untuk Divestasi Saham Vale Indonesia

Image title
22 Januari 2020, 16:29
inalum, inco, divestasi
ANTARA FOTO/REUTERS/Yusuf Ahmad
Ilustrasi, bijih nikel. PT Indonesia Asahan Alumunium (inalum) memproyeksi divestasi saham Vale Indonesia (INCO) bakal rampung pada September 2020.

PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) tengah memproses divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Inalum bahkan berencana mencari pinjaman untuk memuluskan rencana tersebut.

Direktur Utama Inalum Orias Petrus Moedak mengatakan perusahaan membutuhkan dana eksternal biarpun memiliki dana internal untuk membayar divestasi Vale Indonesia. "Dengan posisi cash di perusahaan Rp 22 triliun, ada kemampuan untuk pinjaman dengan terms tidak memberatkan perusahaan," ujar Orias di Komisi VII DPR RI, Selasa (22/1).

Inalum berencana mencari pinjaman lunak dengan grace period selama empat tahun. Sebab, Inalum perlu menunggu proyek-proyek di bawah Holding BUMN Tambang beroperasi untuk membayar pinjaman tersebut.

Ada enam proyek strategis yang dikerjakan, yaitu PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim berkapasitas 2x620 megawatt (MW) dengan target operasi 2022, pabrik ferronickel Halmahera Timur di Tanjung Buli oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) berkapasitas 13.500 ton nikel per tahun dengan target operasi 2020, dan smelter Grade Aluminasi Refinery oleh Inalum-Antam di Mempawah berkapasitas 1 juta ton per tahun dengan target operasi 2022.

(Baca: Dirut Inalum Harap Divestasi Saham Vale Rampung Kuartal Ketiga 2020)

Ada juga proyek pabrik gasifikasi batu bara menjadi DME oleh PTBA, Pertamina, dan Air Product di Peranap berkapasitas 1,4 juta ton per tahun DME dengan target operasi 2022, pabrik gasifikasi batu bara menjadi DME di Tanjung Enim dengan target operasi di kuartal pertama 2023 dengan produksi 570 ribu ton per tahun urea, 450 ribu ton per tahun polipropilen, dan 400 ribu ton per tahun DME, dan pembangunan smelter tembaga oleh PT Freeport Indonesia berkapasitas 2 juta ton per tahun dengan target operasi pada 2023.

"Kami harapkan setelah tahun keempat itu proyek-proyek yang tadi kami paparkan sudah mulai hasilkan dan memberikan dampak ke EBITDA dan kami bisa mulai membayar pokok," ujarnya.

Orias pun menargetkan tanda tangan kesepakatan divestasi vale paling lambat pada Maret 2020.  Selanjutnya Inalum punya waktu hingga September 2020 untuk menyelesaikan pembayaran.

Inalum disebut-sebut sepakat menggelontorkan dana sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7 triliun untuk mengambil alih 20% saham Vale. Perhitungan valuasi saham berdasarkan rata-rata harga saham Vale di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir memandang positif langkah Inalum mengakuisisi 20% saham Vale. Sebab, produk utama Vale berupa nikel bakal dibutuhkan sebagai bahan dasar pembuatan mobil listrik yang saat ini tengah berkembang.

"Kita produsen nikel nomor satu, terbesar di dunia mungkin. Nah, dengan itu bagaimana bahwa akuisisi Vale juga menjadi bagian penting secara strategic plan," kata Erick pekan lalu.

(Baca: Holding BUMN Tambang Siapkan Belanja Modal Rp 25 Triliun Tahun Ini)

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...