Penjualan Makanan dan Minuman Olahan Diprediksi Naik 10% Jelang Imlek
Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat memproyeksi penjualan makanan dan minuman olahan naik jelang tahun baru Imlek. Dia memproyeksi kenaikan hanya mencapai 10%.
Pasalnya, permintaan makanan dan minuman olahan menjelang Imlek tidak sebanyak hari-hari besar lain seperti Idul Fitri dan Natal. Adapun makanan dan minuman yang laris di pasaran seperti makanan kemasan dan minuman ringan (soft drink).
"Ada peningkatan paling-paling sekitar 10% atau mendekati, tapi dari bulan ke bulan bukan tahun," kata Rahmat saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (22/1).
Lebih lanjut dia memproyeksi harga makanan dan minuman olahan tidak akan naik. Sebab, peningkatan permintaan tidak terlalu signifikan jelang Imlek. "Sejauh ini belum ada kenaikan," kata dia.
(Baca: 8 Makanan Khas Imlek Beserta Makna di Baliknya)
Gapmmi mencatat kenaikan penjualan makanan dan minuman olahan naik sekitar 15% pada Natal dan Tahun Baru. Peningkatan itu ditopang oleh penjualan produk makanan dan minuman olahan seperti kue kering, manisan, dan minuman ringan.
"Pertumbuhan permintaan masih normal seperti tahun lalu. Rata-rata omset naik 10%-15% dibanding rata-rata penjualan bulanan," kata Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (28/11).
Menurut Adhi, tak ada perubahan konsumsi dan daya beli untuk produk makanan dan minuman pada tahun lalu. Sedangkan ketersediaan barang mencukupi hingga perayaan Natal dan Tahun Baru.
Distribusi barang juga telah dipersiapkan sejak jauh hari agar tidak ada kelangkaan barang di daerah tertentu."Biasanya kalau Natal itu mulai awal Desember baru mulai belanja," kata Adhi.
(Baca: Pemerintah Tetapkan Libur Nasional dan Cuti Bersama 2020)