Cara Asabri Minta Ganti Rugi: Ini Uang TNI Polri, Kami Bersenjata

Image title
29 Januari 2020, 17:23
Asabri, investasi saham, korupsi Asabri, rugi investasi Asabri
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja bersama Direktur SDM dan Umum Herman Hidayat saat memberikan keterangan pers di Gedung Asabri, Jalan Mayjen Sutoyo, Jakarta Timur, Kamis (16/1/2020).

Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja menyatakan telah mendapatkan komitmen dari Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro untuk mengganti rugi investasi saham Rp 10,9 triliun. Komitmen ini terbilang menarik, karena rugi investasi saham sejatinya adalah risiko yang tidak mendapatkan penggantian. Lantas, bagaimana Asabri bisa mendapatkan penggantian?

Sonny menjelaskan, Asabri meminta tanggung jawab kepada keduanya pada pertengahan 2019, ketika kinerja saham perusahaan terkait semakin turun. Heru Hidayat merupakan pemegang saham sekaligus Komisaris Utama Trada Alam Minera (TRAM), sedangkan Benny Tjokrosaputro merupakan pemegang saham sekaligus Direktur Utama Hanson International (MYRX).

"Kami panggil untuk minta pertanggungjawaban karena saya bilang, ini uangnya prajurit dan Polri, mereka bersenjata. Kalau tidak (ganti), tijitibeh, mati siji mati kabeh," kata Sonny saat rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (29/1).

(Baca: Modal Asabri Minus 571%, Heru Hidayat & Bentjok Janji Ganti Rp 10,9 T)

Keduanya pun menyanggupi untuk bertanggung jawab. Kesanggupan tersebut ditandai dengan penandatanganan nota komitmen. Dengan adanya nota komitmen tersebut, menurut sonny, Asabri hanya tinggal menagih realisasinya.

Ia mengatakan, keduanya akan bertanggung jawab atas penurunan nilai aset saham dengan total Rp 10,9 triliun. Rinciannya, Heru Hidayat akan bertanggung jawab atas penurunan aset sebesar Rp 5,8 triliun dan Benny Tjokro sebesar Rp 5,1 triliun.

Penjelasan Sonny soal cara meminta ganti rugi investasi saham ke Heru Hidayat dan Benny Tjokro yang melibatkan ancaman, langsung menuai respons. Seorang anggota Komisi XI menanyakan kepada pimpinan rapat apakah rapat masih bersifat terbuka, sehingga pernyataan soal "tembak-menembak" itu bisa dikutip oleh awak media yang hadir.

"Sekarang terbuka," kata Wakil Ketua Komisi XI DPR Amir Uskara yang memimpin rapat. Di sisi lain, Sonny meminta rapat tertutup, meski tak keberatan jika diputus terbuka. "Sesungguhnya itu bukan rahasia, itu yang kami jalani di lapangan seperti itu," ujarnya. Setelah direksi Asabri memaparkan kondisi keuangan terkini, rapat dilanjutkan tertutup.

Sebagai informasi, harga saham TRAM dan MYRX saat ini nyangkut di batas terendah yakni Rp 50. Berdasarkan data Stockbit, Asabri tercatat memegang 833 juta saham atau setara 5,04% dari total saham TRAM pada 17 Desember 2017. Ketika itu, harga saham tercatat Rp 146. Jika dibandingkan dengan posisi harga saham saat ini, maka terjadi penurunan 65,7%.

(Baca: Heru Hidayat Siap Lunasi Utang ke Asabri)

Sedangkan di MYRX, Asabri tercatat memegang 4,7 miliar saham atau setara 5,4% dari total saham MYRX saat ini. Bila ditelusuri lebih jauh, Asabri tercatat pernah memegang porsi saham yang lebih besar yakni di atas 7% pada Desember 2017 lalu. Ketika itu, harga saham MTRX Rp 114. Ini artinya, telah terjadi penurunan harga saham 56,14% dalam dua tahun.

Secara rinci, Sonny menjelaskan, total aset Asabri untuk produk Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKM) pada 2019 tercatat sebesar Rp 10,6 triliun. Angka tersebut turun 45% dari posisi 2018 yang sebesar Rp 19,4 triliun.

Total aset dari produk Akumulasi Iuran Pensiun (AIP) juga tercatat turun drastis, hampir 30%. Pada 2018, jumlahnya mencapai 26,9 triliun, sedangkan per akhir tahun lalu hanya Rp 18,9 triliun. "Penurunan aset-aset tersebut terjadi karena penurunan nilai di saham dan reksa dana saham," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Investasi dan Keuangan Asabri Rony Hanityo Apriyanto menyampaikan Asabri memiliki rasio solvabilitas alias risk based capital (RBC) negatif 571%. Rasio tersebut diprediksi masih akan memburuk hingga mencapai minus 643,49% tahun ini.

RBC negatif karena liabilitas lebih besar dari aset yang diakumulasi dengan cadangan Liabilitas Manfaat Polis Masa Depan (LMPMD). "Sementara, nilai aset menurun drastis karena nilai investasi saham portofolio Asabri yang dihitung mark to market mengalami penurunan drastis," kata Rony.

Menurut dia, untuk mencapai RBC 100% maka diperlukan peningkatan aset senilai Rp 7,05 triliun. Sedangkan untuk mencapai RBC minimal yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu 120%, diperlukan peningkatan aset sebesar Rp 7,26 triliun.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...