Indonesia Dianggap Siap Adopsi 5G Tahun Depan
Perusahaan konsultan teknologi Accenture mengatakan Indonesia sudah siap menyambut teknologi generasi kelima alias 5G. Perusahaan tersebut memprediksi teknologi 5G akan meluncur di Tanah Air tahun depan.
Managing Director Technology Consulting Accenture Indonesia Leonard Nugroho T. mengatakan kesiapan pemerintah terlihat dari segi teknis maupun lisensi. Bahkan pemerintah sudah mulai memberikan perizinan ke beberapa perusahaan teknologi.
"Kendalanya saat ini hanya tinggal dari sisi investasi perusahaan yang ingin masuk (menerapkan 5G)," kata Leonard kepada Katadata.co.id di kantornya, Senin (9/3).
(Baca: Pertama di Jepang, SoftBank Luncurkan Layanan 5G Bulan Ini)
Teknologi 5G merupakan generasi terbaru dari jaringan internet yang menjanjikan unduhan 10 hingga 20 kali lebih cepat dari kecepatan internet sekarang ini.
Leonard mengatakan, teknologi 5G akan memberikan keuntungan baik untuk sektor industri maupun pribadi. "Keuntungan bagi individual pada kecepatannya, sedangkan untuk sektor industri bakal lebih ke processing power," ujar dia.
Associate Director Technology Delivery Lead Accenture Indonesia Ferry Wiria mengatakan, teknologi 5G bakal mempengaruhi layanan lain seperti cloud dan robot yang dapat bekerja secara optimum.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) saat ini masih tengah mengkaji frekuensi untuk jaringan 5G. Kementerian berharap ibu kota baru yakni Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menjadi kota cerdas (smart city) pertama yang mengimplementasikan teknologi itu.
Sebelumnya, Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi Indonesia (ATSI) menilai implementasi teknologi 5G bisa diterapkan di Tanah Air mulai 2022. Mereka pun memperkirakan, nilai bisnis 5G di Indonesia bisa mencapai Rp 27 triliun per tahun.
Nilai ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Riset AT Kearney pada 2019 memperkirakan, monetisasi 5G oleh operator di Indonesia mencapai US$ 1,4 juta hingga US$ 1,83 juta pada 2025. Nilai ini lebih tinggi dari Thailand dan Malaysia yang masing-masing hanya US$ 850 ribu-US$ 1,17 juta dan US$ 660 juta-US$ 900 juta.
Ketua ATSI Ririek Adriansyah optimistis bahwa implementasi 5G akan meningkatkan pendapatan (revenue) operator dari monetisasi berbagai industri vertikal dan korporasi (business to business/B2B). "Kami prediksi, tender bisa dilakukan pada 2020 hingga 2021, selambat-lambatnya 2022,” kata dia Rabu (27/11) lalu.
(Baca: Lawan Huawei dan Ericsson di Bisnis 5G, Nokia Tunjuk Bos Baru)