BI Optimistis Rupiah Menguat Rp 15 ribu hingga Akhir Tahun
Bank Indonesia memprediksikan nilai tukar rupiah akan menguat. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan bergerak ke Rp 15 ribu per dolar AS hingga akhir tahun.
"Nilai tukar rupiah tidak hanya stabil, tetapi akan cenderung menguat ke Rp 15 ribu per dolar AS pada akhir tahun ini," ujar Perry dalam konferensi video di Jakarta, Kamis (2/4).
Perry menyatakan lembaga yang dipimpinnya terus berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah, terlihat dari posisi rupiah yang stabil dalam sepekan terakhir. Upaya tersebut berhasil dilakukan setelah pada pekan lalu rupiah terdepresiasi cukup dalam karena kepanikan pasar global. "Namun sekarang rupiah levelnya sudah memadai," kata Perry.
(Baca: Efek Kasus Corona Bertambah, Rupiah Anjlok Lagi ke 16.525 per Dolar AS)
Orang nomor satu di bank sentral ini menilai, investor global saat ini sudah cenderung optimistis terhadap kondisi Indonesia. Apalagi, berbagai kebijakan baik moneter maupun fiskal disebutkan ia sudah gencar digelontorkan demi memperbaiki kondisi perekonomian di tengah pandemi corona.
Lebih lanjut, Perry kembali menegaskan bahwa pihaknya akan terus berusaha agar skenario terburuk pemerintah terkait dengan rupiah tak terjadi. Skenario tersebut yakni kemungkinan rupiah dapat melemah ke level Rp 17.500 per dolar AS dalam skenario berat dan Rp 20 ribu per dolar AS dalam skenario terburuk. "Tapi ini adalah what if scenario, bukan proyeksi," ujar dia.
Dirinya pun menjelaskan, skenario tersebut dibuat jika penyebaran pandemi di Indonesia kian meningkat. Namun BI dan pemerintah berharap tak akan menggunakan skenario tersebut ke depannya.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan BI, mata uang Garuda berada pada posisi Rp 16.741 per dolar AS, turun 328 poin dari level kemarin. Sementara mengutip Bloomberg, rupiah berada di level Rp 16.525 per dolar AS, melemah 0,46% pada pasar spot siang ini.
(Baca: BI Bantu Pembiayaan APBN dengan Beli Pandemic Bond di Pasar Perdana)