BI Prediksi Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Makin Membaik
Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account defisit pada kuartal pertama 2020 akan berada di bawah 1,5% terhadap produk domestik bruto. Angka CAD ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 2,84% terhadap PDB maupun kuartal satu 2019 sebesar 2,6% terhadap PDB.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, perkiraan tersebut sejalan dengan membaiknya neraca perdagangan. Meski ekspor diperkirakan susut seiring penurunan permintaan dan harga komoditas dunia, tapi impor diperkirakan anjlok lebih besar seiring penurunan permintaan domestik dan kebutuhan input produksi untuk ekspor.
"Ekspor 2020 diperkirakan menurun akibat melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas global," ucap Perry dalam konferensi video di Jakarta, Selasa (14/4).
Selain itu, Perry menilai defisit neraca jasa juga diperkirakan lebih rendah. "Didorong oleh penurunan devisa untuk biaya transportasi impor serta penurunan devisa pariwisata yang tidak setinggi perkiraan," ujarnya.
(Baca: BI Suntik Lagi Likuiditas ke Perbankan Rp 117 T Lewat Penurunan GWM)
Defisit neraca pendapatan primer juga diperkirakan menurun sejalan dengan berkurangnya kepemilikan asing pada instrumen keuangan domestik. Sementara itu, aliran modal asing diperkirakan berangsur kembali masuk ke Indonesia.
Aliran modal asing yang kembali masuk sejalan dengan meredanya kepanikan pasar keuangan global dan membaiknya ekonomi domestik. "Sehingga secara keseluruhan prospek neraca pembayaran Indonesia tahun ini tetap baik dan dapat memperkuat ketahanan sektor eksternal Indonesia," katanya.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini diperkirakan menurun. Selain karena perlambatan ekspor dan impor, pendapatan masyarakat yang berkurang bahkan hilang dan penurunan produksi akibat pembatasan sosial turut memperlambat ekonomi RI.
(Baca: BI Turunkan Bunga Kartu Kredit dan Batas Minimum Pembayaran Tagihan)
Dengan demikian, prospek permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi menurun. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat terutama terjadi pada kuartal II dan kuartal III 2020. Ini sejalan dengan prospek kontraksi ekonomi global dan juga dampak ekonomi dari upaya pencegahan peyebaran virus corona.
Namun, dirinya meyakini perekonomian nasional akan kembali pulih pada kartal IV 2020. "Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan dapat menuju 2,3% dan akan meningkat lebih tinggi pada tahun 2021," ujarnya.
Peningkatan perekonomian ke depan menurut ia dipengaruhi prospek perbaikan ekonomi global, pemulihan ekonomi nasional, serta berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah, BI, dan otoritas terkait.