Pandemi Corona Tak Mereda, Kasus Positif Global Hampir Sentuh 3 Juta
Pandemi virus corona (Covid-19) tak menunjukkan tanda perlambatan, dengan jumlah kasus positif terus mengalami peningkatan hingga mendekati angka tiga juta kasus.
Mengutip laman Worldometers, hingga Minggu (26/4) pukul 08.00 WIB, total kasus positif virus corona tercatat mencapai 2.920.738 kasus, bertambah 90.731 kasus baru.
Dari total kasus positif Covid-19, total pasien yang meninggal dunia tercatat mencapai 203.166 orang, bertambah 6.069 orang meninggal dalam sehari. Sementara, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh dari virus corona, tercatat sebanyak 836.612 orang.
Amerika Serikat (AS) masih tercatat sebagai episentrum Covid-19 global, dengan jumlah kasus mendekati angka satu juta, yakni 960.651 kasus, bertambah 35.419 kasus dalam sehari. Diikuti oleh Spanyol, dengan total kasus positif Covid-19 sebanyak 223.759 kasus, bertambah 3.995 kasus dalam satu hari.
Urutan ketiga ditempati oleh Italia, dengan jumlah kasus positif Covid-19 tercatat sebanyak 195.351 kasus, bertambah 2.357 kasus dalam satu hari.
Dari segi jumlah pasien meninggal dunia, AS berada di urutan pertama dengan total kematian mencapai 54.256 orang, dengan penambahan 2.065 pasien meninggal dalam sehari. Diikuti oleh Italia dan Spanyol, dengan jumlah pasien virus corona meninggal dunia masing-masing sebanyak 26.384 dan 22.902.
Dari Asia, Tiongkok yang sebelumnya menyatakan telah mulai pulih dari pandemi Covid-19 terus mencatatkan penambahan kasus baru. Pada Sabtu (25/4), tercatat ada tambahan 12 kasus baru di Tiongkok, yang membuat total kasus positif virus corona di Tiongkok tercatat sebanyak 82.816.
(Baca: Empat Negara yang Dinilai Sukses Kendalikan Penyebaran Corona)
Meski demikian, tidak ada tambahan jumlah pasien meninggal dunia, sehingga total pasien corona yang meninggal di Tiongkok tetap di angka 4.632.
Dari AS, Presiden Donald J. Trump mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait metode untuk menyembuhkan infeksi virus corona. Pada hari Kamis (23/4), Trump menyebut soal kemungkinan penyuntikan disinfektan ke dalam tubuh manusia untuk menangani infeksi corona.
Pernyataan ini segera disanggah oleh Koordinator Gugus Tugas Covid-19 AS Dr. Deborah Brix, yang menyatakan bahwa sinar matahari bukan pengobatan potensial untuk coronavirus. Demikian juga dengan disinfektan, hanya digunakan untuk permukaan benda dan bukan untuk tubuh manusia.
Selain itu, AS juga berhenti mempromosikan klorokuin dan hidroklorokuin sebagai obat menangani virus corona. Pasalnya, hasil penelitian di Brazil, Perancis dan AS sendiri, menyatakan klorokuin dan hidroklorokuin tidak membantu pasien virus corona dan bahkan memiliki efek samping yang mematikan.
Badan pengawas obat dan makanan AS atau Food and Drug Administration (FDA) menyatakan, adanya efek samping pada irama jantung pasien virus corona yang diobati dengan klorokuin dan hidroklorokuin, seiring dengan penggunaan azithromycin.
Hidroklorokuin dan klorokuin dilaporkan dapat menyebabkan irama jantung menjadi tidak normal, memicu detak jantung yang sangat cepat yang disebut takikardia ventrikel. Risiko-risiko ini dapat meningkat ketika obat-obatan ini dikombinasikan dengan obat-obatan lain yang diketahui memperpanjang interval QT.
"Hidroklorokuin dan klorokuin belum terbukti aman dan efektif untuk mengobat atau mencegah Covid-19. Pengobatan menggunakan dua jenis obat ini sementara diperbolehkan dengan supervisi yang ketat dan melalui persetujuan otoritas," tulis FDA dalam lama resminya, dikutip Minggu (26/4).
(Baca: Rekor Lonjakan 436 Kasus, Positif Corona RI Capai 8.211 Orang)