Kemendag Perkuat Strategi Penetrasi Pasar Ekspor Lada
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyiapkan sejumlah strategi untuk memperluas pasar ekspor lada. Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Kasan Muhri mengatakan ada enam langkah dalam diversifikasi ekspor lada di pasar global.
"Kami promosi dan mencari buyer potensial," kata dia dalam sebuah webinar, Rabu (24/6).
Menurutnya, Indonesia perlu fokus pada produk diversifikasi dan pengembangan pasar ekspor. Selain itu, diperlukan juga peningkatan food safety dan protokol kesehatan dalam memproduksi lada, terlebih di tengah ketatnya standar pangan masyarakat dunia saat ini.
Selanjutnya, meningkatkan daya saing produk lada melalui penguatan kualitas, seperti dengan sertifikasi Indikasi Geografis (IG), sertfikasi halal, dan sertifikasi organik.
(Baca: Jokowi Minta Petani Perluas Pilihan Tanam Komoditas Pertanian)
Strategi lainnya, meningkatkan penguatan jejaring atase perdagangan untuk mencari pembeli dan membuat market intelligence. Selain itu, atase perdagangan juga dianggap memiliki peran penting dalam membantu kegiatan promosi dagang di pasar global, terutama dalam hal branding.
Kemendag juga berupaya meningkakan peran Indonesia pada sidang Komunitas Lada Internasional (IPC). "Lalu optimalkan sistem resi gudang untuk menjaga kualitas lada," ujar dia.
Kasan mengatakan, dalam mempromosikan komoditas asli Indonesia, pemerintah menemui sejumlah hambatan. Misalnya, terkait penjualan lada dalam bentuk mentah menyebabkan negara pesaing lada kerap mencampur produknya untuk meningkatkan nilai tambah.
Selain itu, dia mengakui komoditas lada sangat sensitif terhadap bakteri Salmonella. Sehingga, perlu ada pengetatan regulasi penggunaan insektisida Chlorpyrifos dan Chlorpyrifos-methyl khusus untuk produk pangan.
Selama pandemi Covid-19, Kemendag mencatat terajadi penurunan permintaan lada dunia. Hal ini tak lain karena adany penerapan karantina wilayah di berbagai negara. Padahal, lada masih dibutuhkan untuk menjaga imunitas tubuh di tengah pandemi.
(Baca: Pemerintah Diminta Genjot Ekspor ke Negara Nontradisional)
Selama Januari-April 2020, ekspor lada mencapai US$ 42,51 juta atau menurun 0,36% dibanding periode yang sama 2019 sebesar US$ 42,66 juta. Adapun, enam provinsi dengan nilai ekspor lada tertinggi pada tahun lalu berasal dari Lampung sebesar US$ 43,33 juta, Bangka Belitung US$ 36,52 juta, Jawa Timur US$ 18,12 juta, Sulawesi Selatan US$16,68 juta, Jakarta US$ 16,58 juta, dan Kalimantan Barat US$ 6,29 juta.
Strategi Pemasaran
Berbeda dengan pernyataan Kemendag, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djohan justru mengatakan, peningkatan peran Indonesia melalui sidang IPC tidak memberikan manfaat.
"IPC terlalu banyak minta data sehingga pasar Indonesia terbaca," katanya.
Ia pun menilai, promosi saat sidang IPC telah menurunkan harga lada domestik. Oleh karena itu, ia menyarankan strategi lain dalam mendiversifikasi pasar ekspor lada.
Lada asal Bangka Belitung, menurutnya harus memiliki pengemasan yang baik agar memiliki nilai tambah. Selain itu, produk lada Bangka Belitung diupayakan berupa produk hilir, seperti tepung.
Selain itu, peningkatan ekspor menurutnya harus dilakukan melalui bursa lada. Saat ini, Indonesia telah berhasil memasarkan lada di Australia dan Amsterdam, Belanda. Ia pun berharap, Indonesia dapat membangun gudang dan pusat pengemasan lada di dua negara tersebut, seperti yang telah dilakukan oleh Vietnam.
"Kita masih kalah dengan Vietnam. Padahal lada vietnam berasal dari Indonesia," katanya.
Berdasarkan data Kemendag, lima negara eksportir terbesar lada dunia saat ini ialah Vietnam, Brazil, Indonesia, India, dan Jerman. Sementara, lima negara tujuan ekspor terbesar Indonesia ialah Vietnam, Tiongkok, India, Amerika Serikat, dan Jerman.