Survei Pilgub Jabar, Ridwan Kamil-Uu dan Deddy-Dedy Bersaing Ketat
Cyrus Network membuat survei elektabilitas dalam pemilihan gubernur Jawa Barat yang menunjukkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ullum dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi diprediksi bersaing ketat. Ridwan-Uu sementara ini mendapatkan 45,9% suara pemilih dan Deddy-Dedi mendapatkan angka elektablitas 40,9%.
Kedua pasangan tersebut hanya memiliki selisih dukungan elektoral yang tipis untuk bisa memenangkan kursi nomor satu di Tanah Pasundan tersebut. "Selisih dukungan elektoral kedua pasangan ini hanya terpaut sekitar 5% saja," kata Managing Director Cyrus Network Eko Dafid Afianto di Jakarta, Senin (5/2).
Sementara, pasangan Mayjen (Purn) Sudrajat-Ahmad Syaikhu dan TB Hasanudin-Anton Charliyan masing-masing baru mendapatkan dukungan sebesar 5% dan 2,5%.
(Baca: Diusung Golkar Jadi Cagub Jabar, Deddy Mizwar Diminta Dukung Jokowi)
Cyrus Network mengadakan survei pada 16-22 Januari 2018 dengan melibatkan 1000 responden di seluruh Jawa Barat. Survei dilakukan melalui metode multistage random sampling dengan margin of error +/- 3,1% dan tingkat kepercayaan 95%. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel yang ada.
Menurut Eko, Ridwan-Uu sejauh ini unggul sebesar 48,5% berbanding 43,3% suara Deddy-Dedi di wilayah pembangunan I Jawa Barat yang meliputi Bogor Raya, Sukabumi, Cianjur dan Depok. Ridwan-Uu juga unggul 60,9% berbanding 27,4% suara Deddy-Dedi di wilayah pembangunan IV yang meliputi Bandung Raya, Tasik, Garut, Ciamis dan Pangandaran.
Adapun, Deddy-Dedi unggul 56,8% berbanding 25,5% suara Ridwan-Uu di wilayah pembangunan II yang meliputi Bekasi Raya, Purwakarta, Karawang, dan Subang. Deddy-Dedi juga unggul 44,4% berbanding 36,9% suara Ridwan-Uu di wilayah pembangunan III yang meliputi Cirebon Raya, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
Berdasarkan survei Cyrus Network, basis keunggulan Ridwan-Uu muncul dari kalangan wiraswasta (50%), karyawan swasta (49,3%), pemilih dengan pendidikan SMA ke atas (54%), serta terkoneksi dengan media sosial (51.6%).
"Basis keunggulan Deddy-Dedi adalah di kalangan ibu rumah tangga (45,5%), petani (50%), pemilih dengan pendidikan SMP ke bawah (47,7%), dan mayoritas belum terkoneksi dengan media sosial (45,5%).
(Baca juga: Pragmatis, Alasan Koalisi Demokrat dengan Partai Pendukung Jokowi)
Suara Pemilih PDIP, Gerindra, dan PKS Bergeser
Minimnya suara Sudrajat-Syaikhu dan TB Hasanuddin-Anton saat ini dinilai karena suara pemilih PDIP, Gerindra, dan PKS banyak bergeser kepada Ridwan-Uu dan Deddy-Dedi. Survei Cyrus Network memperlihatkan bahwa pemilih PDIP saat ini masih terbelah mendukung Ridwan-Uu (43%) dan Deddy-Dedi (44%).
"Begitu pula konstituen Gerindra (51%) dan PKS (40%) yang tampaknya hari nii masih mendukung Ridwan-Uu," kata Eko.
Peneliti CSIS Phillip J. Vermonte menilai bergesernya suara PDIP, Gerindra, PKS menunjukkan ironi terhadap terhadap ketiganya. Pasalnya, ketiga partai tersebut memiliki suara yang cukup besar di Jawa Barat.
PDIP memiliki suara paling besar dengan perolehan 20 kursi di DPRD Jawa Barat. Sementara PKS memiliki 12 kursi disusul Gerindra dengan 11 kursi di DPRD Jawa Barat.
"Ini menurut saya menunjukkan ironi besar. Datang belakangan, tidak siap mencalonkan, kalah cepat dengan partai lain," kata Phillips.
(Baca juga: Survei: PDIP, Golkar dan Gerindra Akan Bersaing Ketat di Pileg 2019)
Phillips mengatakan, kondisi ini menjadi pekerjaan besar bagi ketiga partai tersebut untuk diselesaikan. Pasalnya, Jawa Barat merupakan wilayah yang cukup penting karena memiliki porsi kursi legislatif paling besar.
Menurut Phillips, jika hal ini tidak diselesaikan akan dapat mengganggu pemilih dan mesin ketiga partai tersebut. Terlebih, Pemilu 2019 tak akan lama lagi dimulai.
"Pilkada Jawa Barat itu menjadi sangat penting untuk menjaga momentum untuk pemilih dan mesin partainya, tapi masalahnya suara mengelompok di calon Ridwan Kamil dengan Deddy Mizwar," kata Phillips.
Eko mengatakan, sebenarnya ketiga partai tersebut saat ini masih punya peluang untuk membuat pasangan calon mereka menyalip Ridwan-Uu dan Deddy-Dedi. Alasannya baru 30% pemilih yang memiliki pilihan solid.
"Sedangkan 70% mengaku masih mungkin berubah pilihan," kata Eko.
Untuk itu, Eko menilai penting bagi PDIP, Gerindra, dan PKS untuk bekerja keras mendorong naiknya elektabilitas pasangan yang dicalonkan dalam Pilkada Jawa Barat. Hal ini bisa dilakukan dengan bergerak secara massif di wilayah basis pemilih ketiga partai tersebut.
"Basis keunggulan ini bisa dimaksimalkan dengan perang darat, kampanye langsung ke masyarakat, tanpa melupakan faktor media sosial yang juga jadi sangat penting pada Pilkada kali ini," kata Eko.