Lifting Migas Belum Capai Target 2018, Penerimaan Negara Sudah 133%
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat kinerja produksi siap jual (lifting) migas selama 11 bulan terakhir baru 95% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Salah satu penyebabnya adalah kondisi lapangan yang mengalami penurunan produksi.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan sejak Januari hingga November 2018, lifting migas baru mencapai 1,91 juta barel per hari (boepd). Padahal, target di dalam APBN 2018 sebesar 2 juta boepd.
Jika diperinci, lifting minyak 11 bulan terakhir mencapai 762 ribu barel per hari, masih lebih rendah dari target APBN 2018 sebesar 800 ribu bph. Begitu juga gas sebesar 1.143 juta boepd, padahal targetnya 1.200 juta boepd. "Hingga akhir tahun, kami tetap upayakan produksi bisa lebih maksimal," kata Wisnu kepada Katadata.co.id, Rabu (12/12).
Selain karena lapangan yang sudah tua, ada beberapa faktor yang mempengaruhi capaian lifting migas tersebut seperti kinerja sumur baru yang belum sesuai ekspektasi, decline rate dari sumur eksisting yang semakin besar, selain itu ada beberapa program pengembangan yang mundur ke 2019. Namun, beberapa kendala operasi dan instrumen tersebut sudah dapat diatasi.
Selama 11 bulan terakhir, kegiatan pengeboran sumur juga masih di bawah target. Padahal, pengeboran penting untuk menjaga produksi migas. Perinciannya, pengeboran sumur pengembangan baru berhasil dibor 251 sumur dari target 289 sumur. Selain itu, program kerja ulang atau workover sudah dilakukan di 554 sumur dari target 636 sumur. "Secara kontinyu, kami tetap mengupayakan pencapaian bisa maksimal," kata dia.
(Baca: Tersisa Dua Bulan, Lifting Migas Blok Mahakam di Bawah Target)
Cost Recovery
Sementara itu, cost recovery selama 11 bulan terakhir mencapai US$ 10,9 miliar. Angka ini setara 107% dari target dalam APBN 2018 sebesar US$ 10,1 miliar. Hingga akhir tahun ini, cost recovery diproyeksikan akan membengkak menjadi US$ 11,7 miliar.
Wisnu mengungkapkan, penerimaan negara selama 11 bulan terakhir dari sektor hulu migas sudah mencapai US$ 15,9 miliar. Realisasi penerimaan ini 133% dari target APBN 2018 sebesar US$ 11,9 miliar.
Menjelang tutup tahun 2018, sudah ada beberapa proyek migas yang beroperasi. Di antaranya adalah proyek Blok A di Aceh, proyek SP di Blok ONWJ, dan Gathering Station di Pertamina EP Lapangan Bunyu.
Pada akhir tahun ini diperkirakan akan ada satu proyek lagi yang akan beroperasi, yakni fasilitas produksi Lica oleh Medco Rimau di Sumatera Selatan. Alhasil, sepanjang tahun ini akan terealisasi enam proyek hulu migas dengan total investasi US$ 346 juta. Enam proyek ini berkontribusi menambah produksi sebesar 34 ribu boepd.
(Baca: Jonan Ungkap Pentingnya Kilang Minyak di Tengah Era Kendaraan Listrik)