Shell PHK Lagi 2.200 Pegawai
Royal Dutch Shell, perusahaan minyak asal Belanda yang dikenal sebagai Shell, kembali merumahkan para karyawannya. Keputusan itu diambil menyusul harga minyak yang masih rendah, kini sekitar US$ 49 per barel.
Dengan pemangkasan terakhir yang mencapai 2.200 pegawai di seluruh dunia, jumlah seluruh karyawan Shell yang diberhentikan mencapai 12.500 orang sejak tahun lalu. Shell berharap pengurangan pekerja tersebut mampu menciptakan iklim yang kompetitif. (Baca: Laba Anjlok, Shell Lanjutkan Program PHK 10 Ribu Karyawan).
Vice President Shell untuk wilayah Inggris dan Irlandia, Paul Goodfellow menyatakan industri minyak dunia sedang menghadapi masa sulit. Dari 2.200 orang, ada 475 karyawan Shell di Inggris dan Irlandia yang dirumahkan pada gelombang PHK kali ini. Dengan kejatuhan harga minyak tadi, pemasukan Shell juga merosot tajam hingga 58 persen pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama 2015.
“Kami terpaksa mengambil keputusan yang berat mengingat pelemahan harga yang masih berlanjut,” kata Paul seperti dikutip CNN, Rabu, 25 Mei 2016. Perusahaan yang hingga akhir 2015 mempekerjakan 90 ribu orang ini juga memangkas berbagai biaya yang dikeluarkan setelah menandatangani kesepakatan pembelian saham BG Group senilai £ 35 miliar pada awal 2016.
Namun setelah perusahaan mengumumkan kinerjanya, harga saham Shell naik satu persen dalam perdagangan di London. Sentimen itu juga diduga lantaran harga minyak mentah berangsur pulih dalam beberapa pekan terakhir. Tapi para analis memperingatkan adanya fluktuasi harga yang tidak terkendali. (Baca: Chevron PHK Ribuan Karyawan di Indonesia).
Sebelumnya pada bulan Februari, Shell telah melepas ribuan karyawannya. Chief Executive Officer Royal Dutch Shell, Ben Van Burden mengatakan perusahaan melakukan sejumlah perubahan penting dalam roda bisnisnya. Perubahan itu antara lain berupa reorganisasi kegiatan hulu migas, pemangkasan biaya serta belanja modal. Kebijakan ini ditempuh karena harga minyak merosot. Sejak tahun lalu, perusahaan tersebut menekan investasi serta merancang solusi pengembangan berbiaya rendah.
Shell memutuskan keluar dari proyek gas asam di Abu Dhabi serta menunda keputusan investasi akhir untuk LNG Canada dan Bonga South West di sumur lepas pantai Nigeria. Perusahaan pun memangkas biaya operasi dan investasi modal sebesar US$ 12,5 miliar. (Baca: Umumkan Rencana PHK Inpex, Kepala SKK Migas Tuai Kritik).
Kebijakan tersebut berdampak terhadap nasib ribuan karyawannya di seluruh dunia. “Seperti yang sudah kami sampaikan, hal ini termasuk pengurangan 10 ribu karyawan dan pekerja kontrak langsung sepanjang 2015-2016,” kata Van Burden dalam keterangan resminya yang dipublikasikan di situs resmi Shell pada awal Februari 2016.