Enggan Relokasi Total Depo BBM Plumpang, Ini Alasan Pertamina
PT Pertamina menyampaikan sejumlah pertimbangan untuk tidak memindahkan atau merelokasi Depo BBM Plumpang di Jakarta Utara sepenuhnya setelah terjadi insiden kebakaran pada awal bulan ini.
Dalil yang diajukan oleh perseroan berangkat dari fungsi stategis Depo BBM Plumpang yang juga menjadi terminal bagi penyimpanan liquefied petroleum gas (LPG) hingga pelumas.
Lebih lanjut, besaran BBM yang ditampung di Depo Plumpang sanggup menyuplai sekitar 20% kebutuhan BBM harian di Indonesia. Depo Plumpang memiliki total kapasitas tangki penyimpanan BBM sebesar 324.535 kiloliter (KL).
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan bahwa perusahaan bakal mendirikan area penyangga atau buffer zone sebagai antisipasi kecelakaan berulang. Buffer zone itu akan dibangun dengan merelokasi warga yang bermukim di sekitar area tembok pembatas Depo BBM di Plumpang.
Rencananya, pembangunan buffer zone akan ditarget selesai paling lambat tiga bulan. "Kami di internal maupun dengan pemangku kebijakan mengharapkan sesegera mungkin. Tiga bulan maksimum, kami inginnya seperti itu," kata Nicke dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR pada Selasa (14/3).
Selain merelokasi warga, Pertamina juga secara bertahap akan memindahkan ritel BBM di Plumpang ke Terminal BBM baru di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara di lahan milik PT Pelindo.
Langkah itu diambil seiring lokasi jalan yang terletak di area pemukiman warga. Nicke mengatakan, tingkat pengisian truk di ritel BBM plumpang menyentuh rata-rata hingga 1.000 truk tangki per hari.
"Sehingga kalau dengan kondisi hari ini jalanan juga berbaur dengan masyarakat dan di kawasan itu juga sudah sangat padat dengan penduduk, maka ini perlu direlokasi," ujar Nicke.
Apabila relokasi ritel BBM terlaksana seutuhnya, operasional Depo Plumpang masih akan terus menjalankan aktivitas untuk BBM industri, pelumas hingga terminal LPG dekat laut yang menyuplai 19 kabupaten/kota.
"Terminal Jakarta ini bukan hanya terminal bahan bakar minyak untuk ritel saja, tapi juga ada untuk industri, LPG, Pelumas, dan sebagainya. Yang akan direlokasi sebagian saja, yaitu BBM ritel," kata Nicke.
Pembangunan Depo Kalibaru ditarget memakan waktu 2 hingga 3 tahun, dihitung sejak masa konstruksi awal pada 2024. Sehingga, terminal BBM baru yang berdiri di lahan seluas 32 hektar itu baru akan aktif paling lambat pada 2027.
Depo BBM itu akan dibangun di kawasan industri yang terletak di Pulau Reklamasi dengan julukan green multi purpose terminal atau terminal hijau serbaguna. "Itu sangat penting untuk menjaga operasional di Plumpang serta keamanan dan keselamatan warga di sektiar plumpang," ujar Nicke.