Sentimen Krisis Bank AS Mereda, Harga Minyak Bangkit Mendekati US$ 80
Harga minyak bangkit kembali mendekati US$ 80 per barel pekan ini seiring meredanya kekhawatiran krisis perbankan. Dalam dua minggu terakhir harga minyak tercatat merosot hingga 10%, salah satunya dipicu kegagalan dua bank di Amerika Serikat.
Harga Brent sempat menyentuh US$ 79,57 per barel pada perdagangan Rabu (29/3) meski hari ini, Kamis (30/1) turun ke level US$ 78,50 per barel. Sebelumnya Brent sempat menyentuh US$ 72,98 pada Jumat (24/3).
Sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh US$ 74,16 per barel, dan kini berada pada level US$ 73,31 per barel. WTI sempat terpuruk ke level US$ 66,93 pada perdagangan Jumat (17/3).
Turunnya harga minyak hari ini karena kejutan penurunan stok minyak mentah AS mengimbangi pemotongan yang lebih kecil dari pasokan Rusia. Investor juga mengamati perkembangan ekspor minyak Kurdistan Irak.
Produksi di beberapa ladang minyak di wilayah semi otonom Kurdistan di Irak Utara berkurang menyusul penghentian pengiriman ekspor minyak melalui jalur pipa utara.
Sementara itu, berdasarkan laporan Administrasi Informasi Energi AS, penurunan stok minyak mentah AS yang tak terduga membatasi penurunan harga, dengan impor meluncur ke level terendah dalam dua tahun.
Persediaan minyak mentah turun 7,5 juta barel menjadi 473,7 juta barel dalam sepekan hingga 24 Maret, sementara ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters adalah kenaikan 100.000 barel. Namun, stok bensin turun 2,9 juta barel menjadi 226,7 juta barel, dibandingkan ekspektasi analis untuk penurunan 1,6 juta barel.
“Penguatan permintaan musiman pada akhir kuartal II diperkirakan akan mendorong harga minyak lebih tinggi dari level saat ini,” kata analis dari National Australia Bank seperti dikutip Reuters. Meski melemah, analis menilai harga minyak masih berada dalam kisaran perdagangan yang terlihat sejak awal tahun 2023.
Sementara itu, pemotongan produksi minyak mentah Rusia yang lebih rendah dari target meredakan kekhawatiran pasokan. Produksi minyak mentah Rusia turun sekitar 300.000 bph dalam tiga minggu pertama Maret, dibawah target pemotongan 500.000 bph.
Ke depan, kesehatan sektor perbankan global dan ekonomi, serta kebijakan suku bunga Fed, akan menentukan apakah harga Brent US$ 70 per barel adalah harga terendah untuk acuan internasional tahun ini, atau minyak dapat bangkit hingga mencapai US$ 100 per barel dengan pulihnya permintaan dari Cina.
Runtuhnya Silicon Valley Bank lebih dari dua minggu lalu memicu aksi jual besar-besaran. Pasar minyak menjadi korban awal karena investor melarikan diri dari aset berisiko dan para spekulan bergegas menutup taruhan pada kenaikan harga minyak untuk menghindari paparan jika terjadi krisis perbankan global dan resesi lainnya.
“Meskipun kita perlu melihat perubahan sentimen dan meredanya kekhawatiran atas perkembangan terkini di sektor perbankan,” kata ahli strategi ING Warren Patterson dan Ewa Manthey.
Bank-bank besar, termasuk Barclays, ING, dan Goldman Sachs, telah memangkas perkiraan harga minyak mereka untuk tahun ini setelah jatuhnya harga, tetapi mereka masih mengharapkan harga minyak rata-rata lebih dari US$ 80 per barel, dan bahkan lebih dari US$ 90 tahun ini.
Pedagang minyak terbesar di dunia mengharapkan rebound harga dipimpin oleh Cina. Beberapa juga mengatakan bahwa pasar komoditas kemungkinan akan terhindar dari kehancuran sektor perbankan dan menghindari jatuhnya permintaan dan harga seperti pada krisis 2008-2009.