Ekonomi Cina Tumbuh Mengecewakan, Harga Minyak Kembali ke Bawah US$ 80
Harga minyak turun lebih dari 1% pada perdagangan Senin (17/7) dengan Brent kembali di bawah level US$ 80 per barel. Turunnya harga minyak salah satunya dipicu oleh data ekonomi Cina yang menunjukkan pertumbuhan kuartal II 2023 yang di bawah harapan.
Minyak Brent kini diperdagangkan di level US$ 78,65 per barel, turun US4 1,22 atau 1,53% dibandingkan level pada akhir pekan lalu. Sementara West Texas Intermediate turun US$ 1,19 atau 1,58% menjadi US$ 74,23 per barel.
Cina melaporkan pertumbuhan produk domestik bruto kuartal II 2023 6,3%. Capaian tersebut di bawah ekspektasi pasar sebesar 7,3% dan melambat dibandingkan capaian pada kuartal sebelumnya.
Data pertumbuhan ekonomi Cina yang mengecewakan membebani pasar minyak, memunculkan kembali kekhawatiran permintaan yang lemah. PDB pada kuartal kedua naik hanya 0,8% dibandingkan kuartal pertama, setelah pertumbuhan kuartalan 2,2% pada kuartal pertama.
“Pertumbuhan PDB Cina di bawah ekspektasi, jadi tidak akan banyak meredakan kekhawatiran atas ekonomi Cina,” kata Warren Patterson, kepala penelitian komoditas ING, seperti dikutip Reuters.
“Data ekonomi Cina selalu dinanti-nantikan dengan tingkat harapan; untuk bullish,” kata John Evans dari broker minyak PVM dalam sebuah laporan. “Namun, latar belakang ekonomi kontemporer untuk penggerak Asia tampaknya sekarang didorong keluar untuk memasuki bearish.”
Pertumbuhan ekonomi Cina yang mengecewakan ditambah dengan kembalinya produksi ladang minyak Libya yang besar menjadi dua sentimen yang membebani harga di awal pekan ini.
Jumat (14/7) lalu, ladang minyak terbesar Libya, Sharara, sepenuhnya dihentikan di tengah protes pada Jumat karena ketegangan di produsen OPEC Afrika yang bergolak kembali.
Ladang minyak El Feel dekat Sharara juga terpengaruh dan juga dihentikan. Gabungan, ladang minyak Sharara dan El Feel di Libya barat daya memompa sekitar 350.000 barel per hari minyak mentah sebelum penghentian.
Terhentinya produksi di ladang itu akibat protes suku Al-Zawi atas penculikan Faraj Bumatari, mantan menteri keuangan. Bumatari telah dibebaskan, kata pemimpin suku Al-Senussi Al-ahlaiq kepada Reuters, yang menyebabkan dimulainya kembali produksi di Sharara dan El Feel.
Libya kehilangan 340.000 barel produksi karena penutupan tersebut, Menteri Perminyakan Mohamed Aoun mengatakan kepada Asharq TV yang berbasis di Dubai akhir pekan ini. Kementerian Perminyakan memperingatkan bahwa Libya akan kehilangan pangsa pasar karena pasokan on-and-off.
“Hilangnya kepercayaan terhadap kelangsungan pasokan minyak Libya ke pasar global akan mengakibatkan hilangnya pangsa pasar minyak Libya dan penurunan permintaan,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.