Ogah Rugi, PGN Hitung Potensi Profit Lelang Operator Gas Proyek Cisem
PT PGN masih menghitung potensi profit dari tarif lelang penyaluran gas bumi alias toll fee proyek gas pipa Cirebon-Semarang (proyek Cisem) tahap I ruas Semarang-Batang di rentang US$ 0,25-0,27 per juta metrik british thermal unit (MMBtu).
Keseriusan PGN untuk menjadi operator atau transporter gas pipa transmisi Cisem ruas Semarang-Batang ditujukan dengan mengutus empat anak usaha perseroan untuk ikut dalam lelang tersebut. Anak usaha itu di antaranya Pertagas Niaga, PGN Solution hingga Gagas Energi Indonesia.
Direktur Utama PGN, Arief Setiawan Handoko, mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan kajian lanjutan terkait tarif lelang calon operator gas pipa Cisem ruas Semarang-Batang.
“Kami masih hitung soal tarif US$ 0,25-0,27 per MMBtu itu, agar kami sebagai BUMN tidak rugi,” kata Arief di sela acara Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition 2023 di ICE BSD Tangerang pada Rabu (26/7).
Dia menambahkan para anak usaha PGN yang ikut lelang masih terus menghitung potensi keuntungan dari tarif operator gas yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM dan BPH Migas tersebut, seiring dengan pengumuman pemenang lelang operator gas pipa transmisi Cisem tahap I paling lambat pada Agustus.
Hal tersebut menyusul target penyelesaian konstruksi pipa gas bumi ruas Semarang-Batang itu rampung pada bulan yang sama. “Misal hitungan kami US$ 0,25-0,27 per MMBtu tidak cukup maka kami akan bicara dengan Kementerian ESDM. Hitungan kami saat ini belum sampai pada tahap kesimpulan itu menguntungkan atau tidak,” ujar Arief.
Sebelumnya, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas, Laode Sulaeman, mengatakan anak usaha PGN yang ditetapkan sebagai operator gas pipa transmisi Cisem tahap I nantinya akan bekerja sama dengan badan usaha pemerintah dan Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas.
"Ada empat perusahaan yang ikut lelang terbatas, semua anak usaha di bawah PGN," kata Laode di Kementerian ESDM pada Senin (17/7).
Laode menjelaskan, pemenang lelang bakal menjadi mitra Lemigas dalam menjalankan penyaluran gas bumi pada pipa transmisi Cisem tahap I. Artinya, ujar Laode, pemenang lelang tidak memiliki hak operasi. "Bentuk kerja samanya adalah kerja sama operasi, hak operasinya masih di pemerintah," ujar Laode.
Badan usaha yang ditetapkan sebagai operator gas pipa transmisi Cisem tahap I nantinya akan bekerja sama dengan badan usaha pemerintah dan Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas.
Model kolaborasi tersebut nantinya akan mengatur kepemilikan aset yang berada di bawah tanggung jawab pemerintah, sehingga beban depresiasi tidak ditanggung oleh badan usaha terpilih.
"Rentang toll fee di kisaran US$ 0,25-0,27 per MMBtu. Ini menarik, karena dalam format kerja sama ini, badan usaha terpilih akan melakukan kerja sama dengan lembaga Badan Layanan Umum milik Pemerintah," kata Laode lewat pesan singkat pada Jumat (21/7).
Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji mengungkapkan bahwa saat ini progres pembangunan pipa transmisi gas bumi Cisem tahap I pada 16 Juli mencapai 96%. Pipa gas bumi ruas Semarang-Batang itu ditargetkan selesai pada Agustus 2023.
Proyek pipa gas bumi sepanjang 60 kilometer (km) itu dibangun sejak Mei 2022. Pendanaannya berasal dari APBN lewat skema multi years contract.
Pipa itu memiliki diameter pipa 20 inci untuk mentransmisikan gas bumi dengan kapasitas 116 - 235 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dari Stasiun ESDM Semarang di Tambakrejo. Fasilitas itu membentang ke jalan nasional di utara Kota Semarang hingga pintu tol Krapyak dan melalui tol Semarang - Batang menuju Stasiun ESDM Batang.
Pemanfaatan pipa Cisem tahap I ini telah dinanti oleh Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal dengan proyeksi kebutuhan gas hingga 39,42 MMSCFD dari 26 perusahan di KEK Kendal hingga tahun 2026.
Selain itu, pengadaan pipa gas Cisem tahap I juga bakal menyuplai kebutuhan gas di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dengan proyeksi kebutuhan gas 25,83 MMSCFD dari 14 perusahaan di KITB Fase I hingga tahun 2028.
Proyek pipa gas bumi Rp 1,17 triliun tersebut diharapkan memperkuat rantai suplai pasokan gas bumi dan dapat diakses masyarakat secara berkelanjutan, terutama untuk kebutuhan sektor industri eksisting di sepanjang jalur pipa dan kawasan industri seperti KITB, KEK dan Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang di Jawa Tengah.