Kenaikan Harga Minyak Berlanjut Usai IEA Naikkan Prospek Permintaan
Harga minyak naik tipis pada perdagangan Selasa (14/11) setelah Badan Energi Internasional (IEA) menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaannya. Hal ini menambah sentimen bullish dari laporan OPEC hari sebelumnya.
Minyak mentah berjangka Brent naik 20 sen, atau 0,2%, menjadi US$ 82,72 per barel sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik 21 sen, atau 0,3%, menjadi US$ 78,47.
IEA menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun ini dan tahun depan meskipun diperkirakan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di hampir semua negara besar.
Perkiraan pertumbuhan badan tersebut pada 2023 dinaikkan menjadi 2,4 juta barel per hari (bph) dari sebelumnya 2,3 juta bph. Untuk 2024, mereka menaikkan perkiraan menjadi 930.000 bph dari 880.000 bph.
OPEC sebelumnya menyalahkan spekulan atas penurunan harga baru-baru ini. Kelompok produsen minyak melakukan sedikit revisi ke atas terhadap perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global 2023 dan tetap pada proyeksi yang relatif tinggi untuk 2024.
“Bank sentral pasar minyak melihat ekonomi yang kokoh menghasilkan permintaan yang kuat, tidak hanya untuk minyaknya tetapi juga secara global,” kata analis PVM Oil, Tamas Varga, mengenai temuan OPEC seperti dikutip Reuters.
Harga minyak pada pekan lalu telah merosot ke level terendah sejak Juli, akibat kekhawatiran bahwa permintaan akan berkurang di konsumen utama AS dan Cina.
Ekonomi mencatatkan deflasi 0,2% pada Oktober, kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak pandemi Covid-19. Sementara ekspor pada bulan tersebut mengalami kontraksi yang lebih besar dari perkiraan. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran melemahnya permintaan di Cina.
Sementara itu, departemen energi AS berencana membeli 1,2 juta barel minyak untuk membantu mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis setelah menjual minyak dalam jumlah besar pada tahun lalu, yang selanjutnya dapat meningkatkan permintaan.
Tindakan keras AS terhadap ekspor minyak Rusia juga dapat mengganggu pasokan, sehingga semakin mendukung harga.
Departemen Keuangan AS telah mengirimkan pemberitahuan kepada perusahaan pengelola kapal untuk meminta informasi tentang 100 kapal yang dicurigai melanggar sanksi Barat terhadap minyak Rusia. Ini merupakan langkah terbesar Washington sejak pembatasan harga diberlakukan dalam upaya membatasi pendapatan minyak ke Moskow.
“Diskusi di Irak untuk melanjutkan aliran minyak melalui pipa Irak-Turki juga dapat membebani fundamental,” kata beberapa analis.
Menteri Perminyakan Irak mengharapkan untuk mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Daerah Kurdistan dan perusahaan minyak asing untuk melanjutkan produksi minyak dari ladang minyak di wilayah Kurdi dan melanjutkan ekspor minyak ke utara melalui pipa.
Turki telah menghentikan 450.000 bph ekspor utara melalui pipa tersebut sejak 25 Maret setelah keputusan arbitrase Kamar Dagang Internasional.
Data inflasi AS yang dirilis pada hari Selasa juga akan menjadi perhatian investor bersama dengan data harga produsen AS pada hari Rabu.