Harga Minyak Naik Dipicu Ekspektasi Meningkatnya Permintaan Global

Mela Syaharani
13 Maret 2024, 12:48
harga minyak
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Seapup 1 Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) saat perawatan salah satu sumur minyak dan gas di lepas pantai utara Indramayu, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Harga minyak terpantau naik pada hari Rabu (13/3) di tengah ekspektasi meningkatnya permintaan global, termasuk dari konsumen utama minyak dunia, Amerika Serikat (AS). Kenaikan permintaan ini juga terjadi di tengah prospek penurunan suku bunga the Fed dalam waktu dekat.

Minyak mentah Brent naik 36 sen atau 0,44%, menjadi US$ 82,28 per barel . Sementara itu minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak April naik 38 sen atau 0,49%, menjadi US$ 77,94 per barel.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap memperkirakan bahwa pertumbuhan permintaan minyak yang kuat secara global sebesar 2,25 juta barel per hari (bph) pada 2024 dan 1,85 juta bph pada 2025. OPEC juga memperkirakan adanya pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini.

Indikasi lain dari permintaan yang sehat adalah persediaan minyak mentah dan persediaan bahan bakar AS turun pada minggu lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka dari American Petroleum Institute.

Para analis masih percaya bahwa Federal Reserve mungkin mulai menurunkan suku bunganya di musim panas meskipun harga konsumen AS naik dengan kuat di bulan Februari karena tingginya biaya bensin dan tempat tinggal, hal ini menunjukkan masih kakunya inflasi. Suku bunga yang lebih rendah mendukung permintaan minyak.

“Lingkungan risiko sebagian besar tetap tidak terpengaruh, didukung oleh keyakinan kuat bahwa pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga hanya pada bulan Juni akan berhasil,” kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG seperti dikutip Reuters.

“Penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS dan perkiraan pertumbuhan yang kuat oleh OPEC juga mendukung harga,” kata Yeap.

Dalam catatannya kepada klien, analis di Capital Economics mengatakan mereka masih memperkirakan The Fed akan mulai melakukan pelonggaran kebijakan sekitar bulan Juni. Meski di tengah kenaikan harga konsumen AS yang naik pada Februari lalu akibat biaya yang meningkat untuk bensin dan tempat tinggal.

Kenaikan harga akibat dua hal tersebut menunjukkan adanya beberapa hambatan dalam inflasi. Sehingga suku bunga yang lebih rendah mendukung permintaan minyak.

“Meski lebih kuat dari perkiraan, data CPI AS tidak memicu terjadinya penilaian ulang ekspektasi suku bunga sebesar yang terjadi pada bulan lalu di pasar keuangan. Kami masih memperkirakan The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan sekitar bulan Juni," kata analis Capital Economics .

Harga minyak berada di bawah tekanan pada sesi sebelumnya setelah IEA menaikkan perkiraan produksi minyak AS namun penurunan tersebut terbatas karena ekspektasi bahwa pengurangan produksi OPEC+ masih akan memperlambat pertumbuhan minyak global.

Selain faktor produksi OPEC+, harga minyak tertekan juga diakibatkan adanya gelombang serangan pesawat tak berawak baru-baru ini di Rusia, termasuk kilang minyak.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...