BBM di RI Akan Mengandung Etanol 10%, Pemerintah Gandeng Brasil Bangun Pabrik

Mela Syaharani
24 Oktober 2025, 12:20
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke sebuah mobil di SPBU G Obos, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (14/10/2025). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan Presiden Prabowo Subianto menyetujui rencana pencampuran etanol sebesar 1
ANTARA FOTO/Auliya Rahman/tom.
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke sebuah mobil di SPBU G Obos, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (14/10/2025). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan Presiden Prabowo Subianto menyetujui rencana pencampuran etanol sebesar 10 persen pada BBM guna mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap impor BBM.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan total volume yang dibutuhkan untuk program mandatory atau kewajiban etanol 10% (E10) pada 2027 mencapai 1,4 juta kiloliter (kl). Mandatory E10 Artinya, BBM di Indonesia akan mengandung 90% bensin dan 10% etanol

“Kami berencana semua (kebutuhan) dipenuhi dari dalam negeri. Jadi kalau mau kita investasi dalam negeri,” kata Bahlil saat ditemui usai Upacara HUT Pertambangan ke-80 di Monas, Jumat (24/10).

Dia menyampaikan etanol yang akan diproduksi Indonesia berasal dari tumbuhan seperti singkong, tebu atau jagung. Melalui pembangunan pabrik dalam negeri, akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sektor pertanian.

“Tapi memang dalam prosesnya harus ada mekanisasi teknologi, supaya ekonomi daerah bisa tumbuh. Begitu (bahan baku etanol) selesai ditanam, kami akan bangun pabriknya,” ujarnya.

Masa tanam bahan baku etanol ini memakan waktu selama satu setengah hingga dua tahun. Dia menyebut dalam prosesnya investor yang membangun pabrik etanol di Indonesia berpeluang mendapatkan insentif dari pemerintah. Bisa berupa tax holiday dan pasar yang captive.

Dia menyebut sudah ada pihak yang berminat membangun pabrik etanol dalam negeri, yakni Brasil. “Semalam saya ketika tanda tangan MoU (dengan Brasil), kami berdiskusi. Ada kemungkinan besar (Brasil bangun pabrik),” ucapnya.

Selain pembangunan pabrik, Bahlil menyebut dalam pertemuan dengan Brasil, mereka bertukar pandangan pengelolaan sumber daya alam. Sebab, saat ini Brasil sudah menjalankan mandatory E30, bahkan di beberapa wilayah mereka sudah ada penerapan E100 dan E85.

Guna mendalami pengembangan E10 pada 2027, Brasil dan Indonesia sudah sepakat untuk membentuk tim. 

“(E10) ini sesuatu yang baru, maka saya akan kirim tim ke Brasil untuk bertukar pandangan dengan beberapa pakar disana dan mereka juga akan kesini,” katanya.

Teken MoU

Nota kesepahaman atau MoU yang diteken Bahlil pada Kamis (23/10) di Istana negara ini mencakup kerja sama yang komprehensif, mulai dari kegiatan hulu dan hilir migas, energi baru dan terbarukan (termasuk bioenergi, surya, dan angin), efisiensi energi, modernisasi jaringan, sumber daya mineral, hingga pengembangan kapasitas SDM.

Dia mengatakan kesepakatan ini sebagai langkah penting untuk menerjemahkan arahan kedua presiden. "Penandatanganan MoU hari ini menandai babak baru yang sangat strategis bagi kerja sama Indonesia dan Brasil, kita adalah dua negara besar yang kaya akan sumber daya alam. Ini adalah komitmen untuk mendorong hasil konkret yang saling menguntungkan di sektor energi dan pertambangan." kata Bahlil dalam siaran pers, dikutip Jumat (24/10).

Di antara berbagai bidang tersebut, kolaborasi di sektor bioenergi menjadi salah satu yang disorot, mengingat keberhasilan Brasil sebagai produsen etanol terbesar kedua di dunia. Pengalaman Brasil, yang sebagian besar pasokan listriknya berasal dari energi rendah karbon, dinilai sangat relevan bagi Indonesia.

"Brasil adalah salah satu yang terdepan di dunia dalam hal bioenergi, khususnya etanol, melalui MoU ini, kita akan serius mendorong alih teknologi dan transfer pengalaman mereka untuk mendukung percepatan program bioenergi nasional," ujar Bahlil.

Kolaborasi ini juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Brasil pada Juli 2025 lalu. Selain energi, sektor pertambangan juga menjadi area penting. Kedua negara akan berkolaborasi dalam tata kelola dan pengembangan sumber daya mineral, di mana Brasil diketahui memiliki cadangan besar bauksit, bijih besi, litium, serta menguasai cadangan niobium dunia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...