Indonesia Diprediksi Bisa Alami Defisit Gas, Apa Tantangan yang Mengadang?
Penyedia Jasa Konsultasi, EY Indonesia menyebut produksi gas Indonesia saat ini masih dalam kondisi aman. Indikasi itu terlihat dari fakta Indonesia masih melakukan ekspor gas ke negara lain.
Kendati demikian, EY Parthenon EY Indonesia, Eric Listyosuputro memprediksi Indonesia berpotensi mengalami defisit pasokan gas setidaknya 7 tahun mendatang. Hal itu bisa terjadi jika tidak ada investasi baru puncak produksi gas Indonesia terjadi di 2030.
“Bisa menjadi defisit pada 2032-2033. Hal ini karena demand di domestik akan semakin besar,” kata Eric dalam acara Energy Insight Forum, Gas Outlook 2026: Powering Energy Resilience With Strong Governance, di Jakarta, Kamis (4/12).
Dia menyebut Indonesia saat ini masih memiliki banyak potensi gas bumi di hulu. Meski demikian, kondisi hulu gas Indonesia menghadapi beberapa tantangan.
Tantangan pertama menurut dia yaitu keberadaan pusat permintaan berada jauh dari sumbernya, sehingga terjadi mismatch. Potensi hulu gas Indonesia saat ini mayoritas berada di wilayah timur Indonesia, sementara itu pusat permintaan atau kebutuhan gas berada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
“Karena di Sulawesi ada industri pengolahan (dan peleburan seperti smelter,” ujarnya.
Tantangan berikutnya berasal dari sisi midstream yang membutuhkan proses regasifikasi, pipa, dan distribusinya kepada para pengguna. Untuk menyelaraskan midstream dan pengguna dibutuhkan investasi besar.
Menurut Eric, untuk mengatasi tantangan ini dibutuhkan kebijakan yang bisa memastikan midstream dan downstream bisa berjalan bersamaan.
“Investasi yang signifikan sangat dibutuhkan. Yang terjadi di Indonesia pada masa depan adalah demand yang tumbuh cepat dibandingkan ketersediaan supply dan infrastruktur,” ucapnya.
Produksi Indonesia Di Bawah Malaysia
Erick menjelaskan saat ini produksi gas Indonesia pada 2024 dan 2025 jumlahnya masih jauh di bawah Malaysia. Kendati demikian, Malaysia diprediksi akan mencapai puncak produksi pada 2027, sementara Indonesia masih 2030.
“Ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperluas market di luar (ekspor). Tapi hal ini membutuhkan dukungan pemerintah. Jadi peluang keuntungan bagi Indonesia masih ada, walaupun banyak tantangan,” katanya
