Kunjungi AS, Mendag Bahas Bea Masuk Produk Hortikultura dan Reasuransi
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto akan berkunjung ke Amerika Serikat (AS) untuk menyelesaikan negosiasi fasilitas keringanan bea masuk impor atau Generalized System of Preferences (GSP) produk hortikultura Indonesia dan reasuransi. Agus pun optimistis perundingan GSP akan segera selesai.
Optimisme tersebut terlihat dalam kunjungan kerjanya ke AS pada 13-15 Februari 2020. Agus mengatakan pemerintah dan pelaku bisnis AS menunjukkan respons positif terhadap penyelesaian negosiasi GSP.
"Dalam kunjungan itu, sisa isu yang belum rampung terkait reasuransi dan impor produk hortikultura diharapkan dapat segera diselaraskan," kata Agus seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (14/2).
Selanjutnya Mendag dijadwalkan membahas GSP dengan perwakilan United States Trade Representative (USTR) Robert Lighthizer pada 13 Maret 2020. Ia berharap Indonesia bisa kembali mendapatkan fasilitas tarif preferensial guna mendorong ekspor. Di sisi lain, industri AS juga akan mendapatkan manfaat GSP karena dapat memperoleh produk yang berkualitas dengan harga yang kompetitif.
Adapun, Indonesia dan AS menargetkan peningkatan perdagangan sebesar US$ 60 miliar pada lima tahun ke depan. Untuk mendukung hal tersebut, Agus berencana menggelar sejumlah pertemuan dengan pelaku bisnis AS.
Agus dijadwalkan bertemu dengan United States-Indonesia Society (USINDO) serta beberapa importir AS dalam rangka perayaan 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-AS. Dalam pertemuan itu, dia akan mengusulkan pembuatan peta jalan arus perdagangan, baik barang maupun jasa, dan investasi.
Dia juga berencana membuka peluang kolaborasi lebih besar dalam rangka mengakomodasi keinginan AS untuk menekan defisit perdagangan dengan Indonesia. Caranya dengan menawarkan berbagai macam produk barang dan jasa dengan harga yang kompetitif.
“Indonesia memandang perdagangan harus adil dan seimbang," ujar dia.
(Baca: Wabah Corona Diprediksi Berdampak Terhadap Ekspor Impor Januari 2020)
Negeri Paman Sam merupakan mitra strategis dan negara tujuan ekspor kedua bagi Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia menjaga hubungan perdagangan bilateral dan mempertahankan fasilitas GSP dari AS agar dapat terus mendorong perdagangan kedua negara.
Pada 2018, nilai ekspor Indonesia dari pos tarif yang mendapatkan fasilitas GSP naik 10% dari US$ 1,9 miliar menjadi US$ 2,2 miliar. Sedangkan pada Januari-November 2019, nilai ekspor dengan fasilitas GSP naik sebesar 20% dari US$ 2 miliar menjadi US$ 2,5 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, total perdagangan Indonesia-AS pada tahun lalu hanya mencapai US$ 26,97 miliar atau turun 5,73% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 28,6 miliar. Meskipun demikian, ekspor Indonesia pada 2019 tercatat mencapai US$ 17,72 miliar, sedangkan impor senilai US$ 9,25 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus sebesar US$ 8,46 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke AS pada 2019 meliputi udang-udangan (krustasea) segar, karet alam, alas kaki, jerseys, pakaian wanita dan anak perempuan, serta ban pneumatik baru. Sedangkan, produk impor utama dari AS pada 2019 meliputi biji kedelai, kapas, gandum dan meslin,residu tepung pati, dan tepung bukan konsumsi.
Selain itu, total nilai investasi AS di Indonesia pada 2019 sebesar US$ 989,3 juta yang terdiri dari 788 proyek. Investasi tersebut didominasi sektor pertambangan dengan porsi sebesar 78%. Sisanya berasal dari industri listrik, gas dan air, industri jasa dan lainnya.
(Baca: Ada 5 Keuntungan, Jokowi Teken Perjanjian Dagang Indonesia-Australia)